Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Gagal Paham Faisal Basri terkait Komoditas Pertanian

2 Februari 2016   05:43 Diperbarui: 3 Februari 2016   10:20 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kebutuhan protein minimal 18-20% dan kalori 2800 kkal, maka tiga komponen utama, yaitu jagung sebagai sumber energi, kedele dan tepung ikan sebagai sumber protein dan asam amino mutlak diperlukan dalam pakan ayam ras. Artinya, jika tidak dipenuhi, DOC ini dapat dipastikan akan gagal dalam mencapai bobot potongnya dan menjadi ayam kuntet.

Dalam meramu pakan ayam, jenis kedele dan jagungnya pun tidak boleh hanya sekedar berkualitas biasa, namun harus berkualitas super agar dapat menghasilkan pakan ayam yang sesuai dengan standar kebutuhan DOC tadi. Di sinilah letak permasalahannya kita memang sudah terperangkap dalam teknologi peternakan ayam ras ini. Artinya, untuk menghasilkan daging dan telur, kita “dipaksa” oleh teknologi ini untuk mengimpor jagung dan kedele yang berkualitas dan dijamin suplainya berkelanjutan.

Anomali Ekonomi

Penguasaan perusahaan-perusahaan besar dalam industri peternakan ayam ras di Indonesia dari hulu sampai hilir menjadikan perusahaan ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Bung Faisal dapat melakukan pengecekan data impor jagung dan kedele serta tepung ikan ini terpisah dari kebutuhan manusia, di mana angka impor tersebut sangat menakjubkan dalam setahunnya. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) setiap tahunnya untuk kebutuhan industri pakan ternak saja Indonesia harus mengimpor 8,5 juta ton. Jadi telah terjadi penggerusan devisa yang luar biasa angkanya dari impor komoditas ini.

Harga ayam dan daging ayam ras di Indonesia bukan sesederhana teori supply dan demand saja. Bung Faisal sebagai ekonom kawakan pastilah memahami bahwa jika dalam proses produksi ada kekuatan besar yang menguasai unsur utama produksi dari hulu sampai hilir, kekuatan itu akan dapat mendikte harga pasar dan di sinilah letak anomalinya.

Anomali ini jelas sekali tampak ketika tertahannya kontainer jagung impor langsung berakibat pada kenaikan harga pakan ayam. Perusahaan besar itu bukanlah seperti rumah tangga dalam menjalankan produksinya. Artinya paling tidak mereka memiliki stok komponen utama pakan seperti jangung dan kedelai untuk kebutuhan minimal selama 6 bulan. Jadi kalau beberapa kontainer tertahan tidak akan mengganggu produksinya dan tidak akan serta-merta akan meningkatkan harga pakan yang berakibat peningkatan harga daging dan telur. Hal yang juga perlu kita pahami adalah daging yang ada di pasaran saat ini diproduksi dengan menggunakan pakan dengan harga minimal 5 minggu lalu.

Pertanyaannya kenapa harga pakan serta-merta naik? Jawabnya ada kekuatan yang mengendalikan harga bukan sekedar menyangkut supply dan demand dengan tujuan kemungkinan sebagai “peringatan halus” kepada Menteri Pertanian untuk tidak mengutak-atik status quo quota impor jagung dan kedele untuk kebutuhan peternakan.

Dengan penguasaan unsur produksi dari hulu ke hilir ini, peternakan kecil dan menengah yang melibatkan rakyat tidak lebih berfungsi sebagai pelaksana dan pekerja saja. Bibit, pakan, obat-obatan, pinjaman modal, dan bahkan pemasaran produksinya sudah diatur dan dikendalikan kekuatan besar tadi.

Dalam mengerti apa yang terjadi dalam dunia peternakan ini silakan Bung Faisal menyebarkan intelejennya untuk mengetahui siapa di balik perusahan besar ini dan juga negara mana saja yang secara tradisional dalam 3 era pemerintahan terakhir menjadi penyuplai utama jagung dan kedele.

Kapasitas produksi pabrik pakan besar di Indonesia baru mencapai 80% dari kapasitasnya, demikian juga kapasitas memproduksi DOC tidak bermasalah bahkan dalam beberapa kejadian DOC harus dimusnahkan untuk menjaga agar harga ayam di pasar tidak turun.

Mungkin Bung Faisal dapat juga mendalami dan memahami anomali terkait komoditas pertanian dalam arti luas ini dari kasus digantinya Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang oleh banyak kalangan “diduga” terkait kebijakannya mengutak-atik kuota impor sapi dari Australia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun