Mohon tunggu...
Rijalul Fikri
Rijalul Fikri Mohon Tunggu... Freelancer - Penata dan Perencana Program, Pemerhati Tata Kelola Negara dan Organisasi Profesional serta Produser Musik

berusaha mengurai masalah dengan "cara" untuk Bangsa dan Negara, Penata dan Perencana Program, Pemerhati Tata Kelola Negara, Facebook: Abu Maghfirah, Twitter: rfikri11, Instagram: rfikri

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Plagiat Digital

28 Januari 2020   15:30 Diperbarui: 28 Januari 2020   15:55 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam falsafah ilmu pengetahun dan Teknologi, secarik kertas putih polos merupakan embrio dari berbagai penemuan teknologi (matematis), dengannya kita memulai sebuah coretan hingga terstruktur, masiv, integral dan holistik. Tanpanya, sama dengan melawan hukum rasionalitas, dan tanpanya pula akan sama seperti melawan hukum kekekalan energi, gravitasi ataupun berbagai teori relativitas.

Smartphone dan secanggih apapun teknologi digital saat ini, manusia akan selalu kembali pada kearifannya, yaitu menikmati membaca dan mencipta dari sebuah coretan tinta basah dari atas sebuah kertas polos.

Kertas dan coretan orisinil menjadi sebuah kekayaan intelektual yang sangat bernilai tinggi, lihatlah ketika einstein menuangkan sebuah teori kebahagiaan pada tahun 1922 di Tokyo, di atas kertas ia uraikan sebuah teori:

"Hidup yang tenang dan sederhana akan membawa kebahagiaan lebih daripada mengejar kesuksesan yang melahirkan kegelisahan terus-menerus yang diakibatkannya".

Terbukti, Pada 24 Oktober 2017, 95 abad kemudian, kertas tersebut bernilai USD 1,56juta.

Adakah smartphone atau buku digital yang berharga spt itu?  yang terjadi justru hanyalah penyusutan nilai dari setiap umur smartphone yang telah kita beli.

Digitalisasi dan Plagiarisme dalam kedok Teknologi Digital
Beberapa jurnal ilmiah memberikan adigum yang cukup menarik, teknologi digital terbukti menurunkan daya berpikir kritis dan keatifitas pemuda dalam mencipta, bahkan dari beberapa sumber terpercaya Steve Job malah melarang anaknya untuk aktif menggunakan smartphone.

the digital access was unsupervised clearly, sehingga memperbesar rentang copy paste dan menurunkan semangat mencipta hingga ke titik nadir.

Menarik mencermati analisis dari World Bank research yang begitu mendalam dan terukur; tentang dampak dari kehadiran teknologi digital ternyata tidaklah bersesuaian dengan harapan dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Sekalipun ada peningkatan kuantitas pelaku usaha di seluruh dunia yang terkoneksi lewat teknologi digital. Namun, produktivitasnya berjalan sangatlah lemot. Dan terparah perkembangan teknologi digital telah menyebabkan pasar tenaga kerja semakin terpolarisasi.

Alkisah kemudian.. jiwa jiwa digital yang menyendiri mulai pamer kebolehan dari kamar kamar anti sadap mereka, untuk memulai polarisasi produktivitas semunya.. sepenggal dua penggal teori kelas tanggung mulai di cuit kan lewat koneksi digital tanpa batas..

Oleh: Rijalul Fikri

Jakarta 14 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun