Mohon tunggu...
Mohamad Rozkit Bouti
Mohamad Rozkit Bouti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trying Everything

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Part II: Circle Ekspektasi

7 Oktober 2022   19:28 Diperbarui: 7 Oktober 2022   19:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yakin weekand ini mulai kita membayangkan harapan dua hari ke depan, apakah kita harus tidur seharian, istirahat, nongkrong, atau jalan-jalan menghabiskan waktu sendirian ataupun dengan keluarga.

Senang rasanya punya harapan yang banyak, apalagi jika harapannya tercapai, rasanya luar biasa senang. Aku yakin kita sama. Aku berpikir harapan adalah intuisi yang pasti dari zaman ke zaman selalu dilakukan oleh setiap orang, walaupun dengan caranya masing-masing. Intuisi menggerakkan ego untuk melakukannya, sehingga aktualisasinya bisa memaksakan diri secara berlebihan.

Lalu, benarkah ekspektasi di pengaruhi lingkungan?

Alfred Adler seorang tokoh Psikologi mengatakan bahwa manusia hidup saat ini untuk masa depan. Maksudnya, apa-apa yang kita lakukan hari ini tentu mempengaruhi suatu kejadian di masa akan datang. Disini juga ia menekankan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang segala tindak-tanduknya selalu dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.

Ekspektasi kita memanglah berasal dari pikiran sendiri, namun asal-usulnya berasal dari proses kita menjalani hidup. Saat kita melihat orang lain sering jalan-jalan, kita berharap nantinya kita akan jalan-jalan juga. Melihat orang lain lulus tepat waktu, kita pun berharap demikian. Melihat orang lulus kuliah langsung dapat kerja, kita pun berharap demikian. Artinya, indra kita menangkap semua yang terjadi di sekeliling, lalu pikiran dan alam bawah sadar pun mengelolanya dalam bentuk konsep yang sama ataupun berbeda.

Karena lingkungan mempengaruhi kita, berarti kita adalah budak Lingkungan?

Oh belum tentu, tergantung kita melihatnya dari sudut pandang sebelah mana. Saat kita merasa diri ini stress untuk harus melakukan apa-apa, maka bisa jadi lingkungan membuat kita tunduk dan patuh dengan apa yang terjadi.

Saat kita melihat bahwa kita adalah manusia yang utuh, maka kita adalah Raja. Kita memiliki kebebasan untuk menentukan apa saja yang seharusnya kita lakukan. Lingkungan adalah kumpulan pilihan-pilihan. Tugas kita memilah dan memilih pilihan-pilihan tersebut.

Apakah memang cocok dengan jalan hidup yang akan kita jalani? Atau malah balik menyerang diri sendiri?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun