Mohon tunggu...
Roza Oktama
Roza Oktama Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Peta

Anjing yang dibesarkan taringnya sendiri. Fan of Jarjit Singh.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenal Kembali Gempa Tektonik

15 Agustus 2018   14:58 Diperbarui: 15 Agustus 2018   15:15 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gempa Bumi di Indonesia bukanlah hal yang baru. Gempa Bumi pernah hadir di Aceh, Jogja, Nias, gempa Pangandaran, dan tentu di berbagai wilayah lain di Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Dalam konteks memahami kedekatan Indonesia dengan Bencana Gempa, maka perhatian kita perlu diarahkan kepada bagaimana kedudukan Indonesia terhadap interaksi lempeng-lempeng tektonik di dunia.

Gempa yang mengguncang Pulau Lombok dengan kekuatan dan letak episenter yang dapat dikatakan dahsyat kemudian membawa kita untuk mengenali kembali gempa tektonik dari kaca mata ilmu pengetahuan.

Gempa Bumi berdasarkan sumber penyebabnya terbagi menjadi dua, yakni Gempa Tektonik dan Gempa Vulkanik. Gempa Vulkanik adalah gempa bumi yang terjadi akibat adanya aktivitas magma pada gunung api aktif. Gempa Tektonik sendiri merupakan gempa yang dikarenakan adanya pergerakan masa batuan yang mengalami kontak.

Lebih fokus kepada Gempa Tektonik, terdapat dua jenis pergerakan tektonik yakni Gerakan Epirogenetik dan Gerakan Orogenetik. Gerakan Epirogenetik secara umum merupakan pergerakan naik turunnya lempeng bumi yang relatif lebih lambat dan juga dikenal sebagai gerakan pembentuk benua, kemudian Gerakan Orogenetik sendiri lebih kepada gerakan lempeng yang terjadi secara lebih cepat dan memiliki area lingkup yang sempit, serta kemudian dapat membentuk pegunungan lipatan atau patahan. 

Secara sederhana, karakteristik yang paling mudah dikenali dari kejadian Gempa Bumi antara lain:

  • Berlangsung dalam tenggat waktu yang singkat;
  • Akibat dari gempa bumi dapat menimbulkan bencana turunan (longsor lahan, amblesan tanah, tsunami, kebakaran, dll);
  • Berpotensi serangkaian gempa susulan;
  • Tidak dapat diprediksi secara pasti mengenai kapan, di mana, dan seberapa kuat akan terjadi;
  • Tidak dapat dicegah kejadiannya, hanya sebatas pencegahan akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi melalui peningkatan kesadaran masayarakat dalam memahamai potensi dan penanggulangan bencana gempa.

Kejadian gempa bumi yang terjadi di Pulau Lombok dijelaskan sebagai akibat dari adanya aktivitas di Zona Patahan Busur Flores yang memanjang dari Sumbawa, Nusa Tenggara Timur hingga ke Selat Bali di bagian Utara dari Lombok.

Sesar Flores sendiri merupakan jenis sesar yang aktif, karena berada di dekat zona subduksi dimana Lempeng Indo - Australia menunjam ke bawah Pulau Lombok. Material dominan di Pulau Lombok berupa  rombakan gunungapi yang bersifat lepas-lepas turut mengamplifikasi gampak guncangan dari gempa bumi.

Berangkat dari kepedulian karena kejadian gempa di Pulau Lombok, kemudian mengenali penyebabnya dari sudut pandang ilmu pengetahuan, maka pondasi dalam konteks "living with disaster" sedikit banyak telah ada, dan ke depannya harus menjadi lebih kuat dan semakin nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun