Mohon tunggu...
Rozana Vatkhi
Rozana Vatkhi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Hanya Betina, yang melawan kerasnya dunia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perempuan

17 Mei 2021   18:05 Diperbarui: 17 Mei 2021   18:12 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perempuan.

Banyak pertikaian dan perdebatan, bagaimana seorang perempuan memiliki kasta terendah atau termulia. Perempuan seolah tak pernah habis untuk terus dibahas. 

Beberapa tahun yang lalu, banyak perempuan yang memerjuangkan hak-haknya. Walaupun hingga kini, patriarki belum benar-benar hilang dalam budaya adat Indonesia. 

Perempuan salah satu jenis kelamin yang memiliki kodrati melahirkan dan hanya wanita yang dapat menambah populasi manusia, maka dari itu kemunculan peran wanita pada zaman Charles Fourier menjadikan wanita sebagai Subjek. 

Subjek melepas kepuasan, menjadikan subjek hiburan, menjadi subjek atau mesin yang dapat menghasilkan keturunan, tanpa memikirkan hak-hak untuk berkehidupan, bermasyarakat, dsb. 

Perempuan, tanpa disangka memiliki kekuatan yang lebih dari kodrati seorang laki-laki. Dimana laki-laki dituntut untuk menjadi pemimpin, menjadi tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.  

Pertentangan perempuan tidak hanya bertumpu pada penampilan atau yang memang terlihat dari luarnya seorang perempuan, tetapu dapat dari bagaimana ia merespon, tingkah laku, dan bagaimana cara berfikir seorang perempuan. Pemikiran seorang perempuan inilah yang tak akan pernah habis untuk di bahas. 

Selain yang terlihat dari luar perbedaan seorang perempuan dan seorang laki-laki, secara kodrati memang perempuan memiliki kelebihan dimana ia dapat melahirkan keturunan, menyusui, dan menstruasi. Walaupun wanita memiliki kelebihan dan keunikan seperti itu tidak membuat dirinya sepenuhnya merdeka. 

Secara hidstoris memang perempuan menjadi kelompok pertama yang tertindas, dimana perempuan identik dengan kelemahan. Realitas dalam masyarakat saat ini pun masih sama, wanita yang seharusnya dilindungi, wanita yang tidak mampu melakukan pekerjaan yang dilakukan laki-laki, dsb. Secara keseluruhan masyarakat Indonesia adalah masyarakat patriarkis. 

Kembali pada perempuan. Apa yang sebenarnya diinginkan seorang perempuan? Pikirannya yang begitu tidak seimbang membuat dirinya sering diabaikan. Ia ingin tetap dilindungi tetapi ia ingin sepenuhnya merdeka seperti seorang laki-laki. 

Ia ingin sama dan setara dalam segala hal, walaupun banyak faktor biologis, kodrati,kemudian banyak orang yang berkata "ya takdirnya perempuan ya harus gini, harus gitu", membuat wanita mendapat perlakuan yang berbeda. Tapat sekali perempuan memang banyak maunya. Ia tidak cukup satu untuk dituruti, perempuan ingin menguasai dunia. Lebih tepatnya perempuan ingin membalas dendam apa yang telah dilakukan laki-laki pada perempuan diwaktu yang lalu-lalu. 

Perempuan hanya ingin hak-haknya kembali.

Rozana Vatkhi R.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun