Mohon tunggu...
Rozana Vatkhi
Rozana Vatkhi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Hanya Betina, yang melawan kerasnya dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nava dan Kesunyian yang Menetap

17 Oktober 2019   00:22 Diperbarui: 17 Oktober 2019   00:28 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ingin terus menetap pada sunyi yang memang jika ia benar-benar suatu nada. Terdapat jiwa yang terseret dalam lubang hitam pada mata mu, kemudian kembali menjadi udara melalui hembusan nafasmu. 

Sampai raga berteriak iri pada air hujan yang jatuh membasahi pundakmu. Sebegitukah buruk rasa mencintai? Setidak patuhkah  hati pada diri disaat tertarik? Kadang aku benci bagaimana hati dan diri tak selaras lagi. 

Jika nanti terdapat temu, apakah hati ini masih terjatuh untukmu? Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Haruskah hati lagi-lagi meminta izin untuk mengetuk pintu hati mu lagi? Mengapa ku sebutkan lagi? Karna hati ini suka seenaknya sendiri, menjatuhkan hati hanya untuk mu. Dan itu terus menerus. 

Tanah yang basah, dengan embun pagi yang menempel pada kaca. Kau mengingatkanku pada suatu cerita dengan tatapan yang terhenti tanpa sengaja, Nava kau terus memanggil nama ku. Dengan nama yang biasanya dipanggil banyak orang, 4 huruf asing yang tak biasa di telingaku yang kau pilih. Kemudian dengan dua februari, ia memberikan rasa. 

Kadang hati memaki, ada apa dengan februari. Jika benar memang diriku yang berlebihan atas fikiran, bukankah sedikit curiga kadang hati membiarkan dirimu untuk lari. 

Kadang kau hilang seperti udara, kadang kembali seperti hujan. Kau unik, mudah mengubah diriku seperti solo, dan membuat diri ini ringan disaat nada dering ponselku berasal dari mu. 

Terkadang diripula tak sadar bagaimana keseharian ku, menulis tentang dirimu. Rangkaian kalimat ku, tersirat namamu. Jika ku harus jujur mau kau datang atau pergi hati masih menyukai mu sebagaimana layaknya menyukai. Hanya sekedar jatuh hati, tapi tidak untuk saat ini Aku akan jatuh hati kembali jika kau mengizinkannya nanti. 

Kadang ada hak-hak yang muncul dari perundang-undangan mencelakakan hati. Untuk tidak terlalu sakit atau memang itu hak untuk menyakiti diri. maka dari itu, Sebelum hak dan perundangan itu mengenai ku, dan aku ditindak pidana karna mencintai tanpa izin. Lebih baik ku mundur, biarkan hati itu menangis berguling-guling melihat hati mu bahagia nantinya. Ini hanya soal hatii, dan soal rasa. 

Jika memang hukum perundang-undangan hati menolak, aku akan pergi. setahun atau dua tahun kisah ini akan sebatas cerita

"Iya, dulu aku sungguh sangat berani untuk mencintai hatinya."

Itu yang aku akan katakan jika nanti kau memilih perempuan lain untuk mendampingi hidupmu. Miris, tapi begitulah resiko jatuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun