Mohon tunggu...
Roy
Roy Mohon Tunggu... Insinyur - life it's Comedy

Martabak Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kunang dan Melati

8 Maret 2020   14:19 Diperbarui: 8 Maret 2020   19:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jadi gini, ini tisu produk dari tempat kerjaku, nah kebetulan aku selaku supervisor pemasaranya, tisu ini sample aja sih mas belum ada di pasaran tisu untuk millennial sengaja didesain kekinian banget cocok buat anak-anak muda jadi sekalian aku minta pendapat masnya soal tisu ini hehe ucapnya

dalam hati "ya kan sama aja mbak jual juga walau ngga mbaknya langsung" 

Oh gitu.. terus-terus sautku, dia menjelaskan panjang lebar tentang tisu yang dia bawa tadi dan aku pastinya menikmati penjelasanya dengan konsep tisu yang dibawa tadi, dan tidak kaget kalau dia mendapat tanggung jawab untuk menjadi supervisor produk tersebut, penjelasnya khas anak marketing, dan terlihat memang dia cerewet dari lahir, tapi bagaimanapun aku menyukai perempuan cerewet bagiku perempuat cerewet itu seperti burung-burung berkicau di pagi hari dan menjadi sebuah identitas kebanyakan para perempuan di nusantara

"Jadi gitu mas" tutupnya..

"Menarik sih konsepnya" komentarku yang sebenernya tak terlalu paham karena memang  terlalu cepat dia menjelaskan dan aku hanya fokus kepada paras rupanya

Kalo ditanya soal tisunya mungkin aku tak bisa banyak menjawab tapi soal wajahnya tak akan habis kata untuk mendeskripsikan, perempuan ini luar biasa.

Tak perlu pikir panjang aku mengajak kenalan "eh kita kan belum kenalan?" Sambil menyodorkan tangan buat salim

"Oh iya iya mas" sambil senyum lagi entah senyum yang keberapa kali yang akan aku lihat dari perempuan ini

"Panggil saja Melati mas" sambil menjabat tanganku dan aku membalasnya dengan menyebutkan namaku

"Aku Kunang, panggil Kunang aja gak usah pake mas"

Menedengar namaku dia tak lagi tersenyum tapi lebih ke ranah tertawa Ya memang tak sedikit yang menertawakan namaku ini, mungkin Melati orang yang kesekian kalinya. .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun