Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siap Kalah

3 Oktober 2022   17:20 Diperbarui: 3 Oktober 2022   17:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relthan Aradhana Soselisa, 16 Agustus 2022 (dokpri)

Ada cerita yang tertinggal tentang buah hati kami sehari menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang lalu (16/8/2022). Sepulang saya dari bekerja, tampak buah hati kami sedang membawa piala dengan wajah baru bangun tidur berada dalam gendongan pengasuhnya. Saya tersenyum menyaksikannya, dan karena sebelumnya saya telah mengetahui cerita di balik perolehan piala tersebut dari istri, saya pun mencoba memberikan pujian sederhana kepadanya: "Weh, keren anak Papa."

Buah hati kami menerima piala sebagai juara satu atas kemenangannya mewakili kelas untuk berkompetisi bersama wakil dari beberapa kelas lain dalam lomba berjalan mengapit balon. Berdasarkan cerita dari istri atas penuturan yang didapatkan dari wali kelasnya, buah hati kami menguasai semua jenis perlombaan yang diadakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI, tetapi buah hati kami dipilih untuk mengikuti perlombaan yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi.

Sepanjang hari buah hati kami larut dalam kebahagiaan, setidaknya terbukti dari piala yang dibawanya ke sana kemari, dan seusai saya membersihkan diri sepulang dari bekerja, saya mencoba larut dalam kebahagiaannya dengan memeluk dan mencium kening buah hati sembari bertanya: "Relthan senang sekali menerima piala ya, Nak?" Relthan menimpali: "Iya, senang sekali." Pertanyaan pun saya lanjutkan: "Seberapa besar sukacitanya?" Relthan pun menjawab: "Sebesar Godzilla (sosok monster fiksi dalam tayangan yang sering ditontonnya)."

"Wah, berarti besar sekali ya, Nak. Itu karena Relthan menang, jadi besar sekali ya sukacitanya? Terus kalau misal Relthan kalah, seberapa besar sukacitanya?" Relthan pun menjawab kembali: "Sebesar bumi, sampai ke black hole (luar angkasa)." Saya pun tertawa mendengar celotehannya yang spontan dan cerdas ini sembari merespons: "Wah, berarti sukacitanya jauh lebih besar lagi dibanding dengan sukacita saat meraih kemenangan ya."

Saya memang sengaja mengajukan pertanyaan seperti demikian, untuk menguji buah hati tentang seberapa jauh pemahamannya terhadap konsep menyikapi sebuah kemenangan dan kekalahan dalam sebuah kompetisi, meski belum banyak pengalamannya berkompetisi, namun seringkali dalam berbagai kesempatan (saat sedang bermain dengan teman sebayanya, memainkan permainan, dll.) kami menanamkan kepada buah hati tentang nilai-nilai untuk siap menang dan siap kalah dalam hal apa pun.

Saat mendengar jawaban yang mencengangkan dari buah hati, kami menjadi optimis dalam menatap masa depan buah hati, karena nilai-nilai yang kami tanamkan telah menginternalisasi dalam dirinya. Rasa optimis ini pun saya tindak lanjuti dengan mengajak buah hati untuk berdoa, sembari menutup mata, saya memeluk dan menumpangkan tangan di punggungnya, mengucapkan terima kasih dalam doa kepada Sang Penolong yang telah menumbuhkan nilai-nilai yang baik bagi buah hati, serta memohon kepada Sang Penolong untuk senantiasa menyertai buah hati dalam setiap perjuangan dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Sebuah ungkapan umum menyatakan bahwa hidup ini adalah sebuah kompetisi, dan kebanyakan orang pun memaknai hidup sebagai sebuah kompetisi. Saat memandang hidup ini sebagai sebuah kompetisi, maka pandangan seperti demikian mesti dilengkapi dengan kecakapan untuk menyikapi sebuah kemenangan dan sebuah kekalahan, dua keadaan yang akan selalu dijumpai dan terjadi dalam sebuah kompetisi. Siapkan diri terhadap segala kemungkinan, termasuk siap untuk kalah, saat belum bisa mencapai apa yang diinginkan itu bukanlah kegagalan, kegagalan adalah saat marah, menyerah dan berhenti berusaha.

Kota Surabaya, 3 Oktober 2022

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun