Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pernikahan yang Tak Mudah Dilalui

9 Mei 2022   23:03 Diperbarui: 9 Mei 2022   23:07 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elfrita Santy, 9 Mei 2022 (Dokpri)

"Seandainya aku tidak menikah dengannya, mungkin kondisi rumah tanggaku tidak horor seperti ini. Seandainya aku menikah dengan pasangan dari suku tertentu yang kalem dan lemah gemulai, mungkin kondisi kejiwaanku jauh lebih stabil."

Dua kalimat dalam paragraf di atas merupakan contoh kalimat pengandaian, dan mungkin masih lebih banyak lagi kalimat pengandaian yang dapat diungkapkan sebagai bentuk kekecewaan kita terhadap pasangan, terutama kala hati sedang terbakar oleh amarah dalam badai rumah tangga.

Sayangnya, ribuan kalimat pengandaian yang ada tidak memiliki arti apa-apa, itu semua hanya sampah, karena ribuan kalimat pengandaian yang ada tidak akan pernah membawa kita pergi ke mana-mana, realitasnya pasangan kita dalam pernikahan akan tetap bersama. Terkecuali apabila memang dalam darah kita yang mengalir bukanlah darah nenek moyang kita yang merupakan seorang pelaut---apabila merujuk pada judul dan lirik lagu semasa kecil, wkwkwkwk.

Nenek moyang kita tentu bukan seorang pecundang, nenek moyang kita adalah seorang pemberani yang sekali layar terkembang surut untuk berpantang. Dalam konteks pernikahan, apabila darah yang mengalir dalam tubuh kita adalah darah pemberani, maka akan terus berjuang bersama pasangan di dalam bahtera, bersama berupaya mencapai tujuan dalam pernikahan, meski angin ribut dan hujan badai datang menyapa.

Tak ada pernikahan yang mudah untuk dilalui di dunia ini, pernikahan kami pun bukanlah pernikahan yang mudah untuk dilalui. Prinsipnya hanya menjadi pemberani yang berani memperjuangkan keutuhan dalam pernikahan.

Recok dalam berumah tangga hingga layar gawai pecah merupakan hal yang biasa, tinggal menabung untuk membeli gawai yang baru lagi. Gaduh dalam hubungan suami istri hingga televisi layar datar retak besar merupakan hal yang biasa, tinggal menabung untuk membeli televisi dengan teknologi yang lebih terkini.

Keributan di dalam pernikahan tak bisa dipungkiri terjadinya karena kelemahan karakter dari masing-masing pelaku pernikahan, baik suami maupun istri di belahan bumi mana pun pasti bukanlah pribadi yang sempurna.

Oleh sebab itu, perpisahan bukanlah jalan keluar dari rusuhnya sebuah pernikahan, saat pertikaian terjadi sebenarnya merupakan penanda bahwa setiap pasangan harus terus berupaya membereskan berbagai kelemahan yang dimiliki, dan terus berjuang untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

Langkah ini pula yang kami tempuh dalam pernikahan yang sedang dalam perjalanan menuju tahun kedelapan, dan setelah melalui banyak perjuangan, istri saya dalam sebuah kesempatan liburan di Air Terjun Kakek Bodo (17/4/2022) seolah mengonfirmasi perjuangan yang telah kami lalui, setelah mengecup leher belakang saya yang sedang menggandeng buah hati, sambil berjalan di belakang kami diungkapkannya: "Nggak terasa ya, Pa. Pernikahan kita sudah berjalan hampir sepuluh tahun. Ribut-ribut kita juga sudah berkurang."

Selamat ulang tahun, Elfrita Santy. Terima kasih telah berjuang dalam pernikahan. Hanya bersamamu kuingin terus melanjutkan perjuangan hingga dalam kedamaian abadi.

Kota Surabaya, 9 Mei 2022

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun