Mohon tunggu...
Rotua Sarmauli Simanjuntak
Rotua Sarmauli Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - simple but nice

Simple but nice

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salah Satu Impianku (Jurnal Refleksi ke 11)

7 Desember 2022   12:35 Diperbarui: 7 Desember 2022   12:39 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuka Pintu yang Tertutup Rapat (Disiplin Positip)

Perjalanan sebagai guru membawaku kepada impian. Memimpikan siswa yang berkarakter dan cerdas. Itu sebelum saya mengikuti Pendidikan guru penggerak. Saya memaksa siswa belajar sungguh-sungguh dan berkarakter dengan memaksa. Menerapkan hukuman jika ada yang melanggar aturan yang saya buat. Memang siswa memahami materi yang saya ajarkan karena takut. Siswa tidak mencontek karena takut nilainya dikosongkan. Juga siswa yang saya ajar juga ada yang menjadi pemenang olimpiade pelajaran ekonomi. Aku merasa sedikit berhasil. Sedikit kepuasan menempati hatiku.

Sedikit kepuasan itu akhirnya hilang ketika mempelajari modul Pendidikan guru penggerak khususnya tentang disiplin positip. Siswa melakukan kebajikan universal bukan karena paksaan tetapi karena kesadaran dan keinginan dari diri sendiri. Salah satu bentuk disiplin positip adalah menerapkan kesepakatan kelas. kesepakatan kelas merupakan kontrak belajar yang dibuat oleh siswa secara bersama-sama sehingga dipatuhi secara sukarela. Praktik baik kesepakatan kelas yang kuterapkan di kelas bersama siswa membuatku bahagia mengajar dan siswa bahagia berlajar. Jika belajar bahagia, siswa lebih memahami materi pelajaran, lebih berkarakter dan lebih mudah bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran.

Praktik restitusi adalah bentuk implementasi lain dari disiplin positip. Aku berusaha menerapkannya untuk mencari solusi ketika menemukan siswa bermasalah. Memang praktik restitusi ini pada umumnya berhasil mempengaruhi siswaku yang bermasalah semakin lebih baik. Namun baru-baru ini saya menemukan seorang siswa yang menutup rapat-rapat hatinya untuk direstitusi. Siswa tersebut tidak bisa membaca. Tugasnya tidak pernah diserahkan. Ia minder, tidak punya teman dekat, mudah tersinggung dan menangis. Setiap kali ditanya oleh guru ia selalu menangis. Terkadang sebagai guru emosiku tidak stabil menghadapinya. Namun sebagai guru aku harus menekan ego dan berusaha mengelola emosi dengan baik. Aku yakin selain tidak bisa membaca pasti ada masalah yang menurutnya oranglain tidak boleh tahu. Menurutnya itu melukai harga dirinya. Ia menutup pintu hatinya rapat-rapat, tetapi malah membuatnya tinggal dalam ketakutan. Sebagai guru, saya ingin sekali ia membuka pintu itu, keluar dari ketakutan dan berjuang. Saya ingin menyadarkannya semakin pintu itu ia tutup rapat, ketakutan itu akan melukai dirinya sendiri. Kemampuan yang masih ingin saya kembangkan ke depannya adalah bagaimana menolong siswa yang menutup rapat hatinya,  dirinya, tinggal dalam ketakutan supaya berani berjuang. Dengan menerapkan disiplin positip semoga siswa tersebut membuka pintu yang ia kunci rapat, keluar, berjuang agar sehat, selamat dan bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun