Mohon tunggu...
rosyidah SriWahyuni
rosyidah SriWahyuni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Rendah diri kepada sesama itu tidak diperlukan. Tapi rendah hati terhadap sesama itu adalah suatu keharusan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Guru Nasional 2020 (Orangtuaku Adalah Guru dan Inspirasiku)

25 November 2020   09:42 Diperbarui: 25 November 2020   11:09 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Bapak, ibu, dan kakakku. Rumah kami tempo dulu

Kadang mata ini berkaca-kaca saat mendengar lagu "Terima Kasih Guruku". Syair dan lagunya sangat menyentuh. Seperti saat ini, saya  mendengarkan lagu itu diputar..Mata mulai berkaca-kaca. teringat kedua orang saya yang dulu pernah menjadi guruDidikan orang tua mulai saya masih kecil, bahkan sampai saya sudah menikah. Mereka mendidik dari bagaimana saya dan saudara saya bersikap dan bertatakrama  dalam menuntut ilmu, ketika ada tamu, cara menyuguhkan jamuan ke tamu, apa yang harus dilakukan ketika ada tamu, dan didikan-didikan lainnya dalam berbagai hal.

Salah satu yang  saya ingat pesan dari bapak. Beliau berkata, "carilah ilmu karena mencari ridlo Allah. Dan dalam mencari  ilmu,  niatkanlah untuk menghilangkan kebodohan.Jangan niatkan  kuliah untuk mencari pekerjaan. Karena rizki sudah diatur oleh Allah Swt.

 Saat menulis inipun mata saya berkaca-kaca, mengingat perjuangan orang tuaku dalam membesarkan anak-anaknya dan dalam dunia pendidikan. 

Dulu bapak suka mengajak saya saat beliau berkunjung ke sekolah-sekolah. Saya yakin, tujuan bapak mengajak saya adalah untuk mengajarkan dan mendidik saya dalam beberapa hal. Pada awalnya beliau memang seorang guru.  Akan tetapi ketikasaya SMA, beliau diangkat menjadi Penilik Sekolah (pengawas kalau sekarang). Bapak mengajakku dengan mengendarai motor, satu-satunya kendaraan bermotor yang kami miliki saat itu.

Saya ingat betul, ketika bapak berkunjung ke salah satu sekolah, bapak diberikan amplop, yang saya tahu itu berisi uang. Sepertinya uang untuk transport. Bapak menolak dengan sangat halus. "Maaf, Maaf gunakan saja ini untuk membangun sekolah ini".  Kira-kira seperti itulah kalimat yang diucapkan beliau kala itu. Bangga, itu rasa yang ada dihatiku, memiliki sosok bapak seperti beliau. 

Saat jadi guru, bapak bertugas di sebuah desa yang lumayan jauh. Seingatku, bapak pernah menjalankan tugasnya dengan menggunakan sebuah sepeda gayung, saat kami belum memiliki sepeda motor.  Dan bapak harus menuntun sepeda saat banjir. Dan kalau ada perahu lewat, bapak akan naik perahu. Karena sekolah tempat bapak bertugas adalah daerah langganan banjir.

Saat masyarakatnya panen blewah, bapak membawa oleh-oleh blewah hampir setiap hari. Bahkan tak jarang, masyarakatnya mengantarkan langsung ke rumah. Itulah cara masyarakatnya dalam mengeksperikan ucapan terima kasihnya. Mungkin karena sekolahnya sudah mulai lebih bagus dan berkembang dari sebelumnya. 

Bapak dan ibu sayapun tidak segan untuk menampung semua  murid-muridnya di rumah saat EBTANAs berlangsung. Karena bapak kuatir ada yang terlambat saat mengikuti ujian, disebabkan saat ujian, mereka masih harus bergabung ke sekolah kami, karena belum bisa mengadakan ujian sendiri. 

Sedangkan mereka rata-rata dari keluarga sederhana yang belum memiliki motor. Selain itu, bapak ingin mengajarkan pembelajaran secara langsung. Sepertinya itulah alasannya mengapa bapak menampung mereka.

 Setiap malam, bapak, ibu, saya dan murid-muridnya diberikan soal-soal saat belajar bersama.Bapak dan ibu mengajarkan kami mata pelajaran yang diujikan. Kami bisa belajar bersama, karena mereka memang menginap di rumah kami. Setiap malam kami bercanda saat belajar. Bapak menyelingi pembelajaran dengan candaan-candaan lucu. Kamipun tertawa bersama. Paginyap kami juga makan bersamaan sebelum berangkat ujian. Setiap pagipun ibuk sibuk memasak untuk puluhan murid tersebut.

dalam bapak bersikap kepada masyarakatnya sangat santun Bahkan saat kami naik sepeda moor dan harus melewati seorang bapak yang mengendarai sepeda. "Nuwun sewu" (permisi, minta izin mendahului). Sayapun bertanya ke bapak, "Bapak kenal dengan orang itu?". "Tidak". jawab beliau. Ya Allah, Alhamdulillah,  satu pelajaran lagi saya dapat. Karena biasanya yang saya tahu, orang bilang permisi jika melewati orang yang sedang duduk di pinggir jalan, dan yang melewati naik sepeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun