Mohon tunggu...
rosyidah SriWahyuni
rosyidah SriWahyuni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Rendah diri kepada sesama itu tidak diperlukan. Tapi rendah hati terhadap sesama itu adalah suatu keharusan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bullying bisa Jadi Penyemangat, Bukan Hanya Penghambat

23 September 2020   11:29 Diperbarui: 7 Oktober 2020   20:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:suara.com, illustrasi seorang siswa yang sedang dibully

Bullying  merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan untuk menyakiti baik dalam bentuk verbal, psikologis, atau emosional, serta bisa juga dalam bentuk fisik. (tirto.id)

Biasanya bullying ini dilakukan oleh anak-anak  usia remaja. Alasannyapun beragam, mulai dari ingin menunjukkan jati dirinya, ingin menunjukkan kekuatannya, ingin menunjukkan bahwa dia yang lebih berpengaruh dibandingkan yang lain, dan sebagainya.Orang melakukan bullying dilakukan  dengan cara yang bermacam-macam.  Mulai dari bullyan yang menyakiti psikis maupun bullyan berupa fisik. Dampaknyapun beragam. Biasanya tergantung seberapa berat bullying yang dilakukan kepada anak tersebut.

Sayapun pernah mengalaminya, meskipun menurut saya itu bullying  masih dalam tingkatan ringan. Itu terjadi sewaktu saya masih sekolah pada tingkat menengah dasar.

Waktu itu seperti biasa, saat istirahat, saya dan 3 teman saya  duduk di dalam kelas. Kalaupun kami belanja, biasanya cuman sebentar, dan kembali lagi ke kelas.karena saat itu tidak ada kantin seperti sekarang. Hanya satu orang yang jualan di dalam area sekolah, itupun pilihan snacknya hanya sedikit.

Sutu hari, salah satu teman dari kelas B masuk di kelas kami. Dia menyebut nyebut pekerjaan bapakku. Memang saat itu selain mengajar, bapak saya juga berprofesi sebagai tukang foto keliling di desa saya dan sekitarnyaa. Kemudian bapak belajar untuk mencetak foto sendiri, tentunya dengan alat yang sederhana, tidak seperti di studio pada umunya. Mungkin karena mahalnya peralatan untuk mencetak foto.

Nama studio kecil-kecilan bapak adalah "MAMPU". Dan beberapa kali teman saya itu masuk ke kelas saya menyebut-nyebut nama studio bapak saya.  Sambil berdiri di depan kelas dia tersenyum sembari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah saya. Suaranya  yang keras sesekali memanggil teman-teman sekelas saya. "Biarin" itu jawaban saya bila dia melakukan itu padaku. Tapi saya terkadang diam tak menyahut apapun.

Entah apa tujuannya, apa hanya sekedar mencari perhatian dari teman-teman, atau karema saya usianya paling kecil dalam satu tingkat, atau ingin mempermalukan saya, saya krg tahu pasti. Hanya saja  jika melihat ekspresi dan gerak tubuhnya, sepertinya dia ingin saya malu.  Tapi saya yakin dia salah. Justru saat saya diantar bapak ke sekolah, saya sering mengajak bapak lewat pintu bagian belakang, karena jika melewati pintu itu, akan banyak yang  melihat kami. Dan saya bahagia ketika mereka melihat saya mencium tangan bapak. Itu pertanda kalau saya tidak malu. 

Dan saya sangat bersyukur, meskipun pekerjaan sambilan bapak saya sebagai tukang foto keliling, namun bapak tidak pernah mengeluh dan sabar menjalaninya untuk menghidupi keluarga. Bapak, alhamdulillah, sekarang anak-anakmu sudah bisa mencapai cita-citanya. Bapak, usaha dan doamu untuk kami in sya Allah tidak sia-sia. 

Semoga jerih payahmu mendapatkan balasan yang indah dari-Nya. Dan semoga  engkau mendapatkan tempat yang indah di sisi-Nya. Aamiin.

Sumber:tirto.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun