Mohon tunggu...
Dr Hj Rosyetti
Dr Hj Rosyetti Mohon Tunggu... Dosen - KONSENTRASI EKONOMI ISLAM

DOSEN TETAP PADA JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BERKAH DAN MASHLAHAH TETESAN NIRA AREN

15 September 2020   22:40 Diperbarui: 16 September 2020   17:00 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nira aren sebagai output bernilai ekonomis yang relatif tinggi dari Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr), dimana proses produksinya sangatlah unik. Keunikan ini dapat dibandingkan dengan produksi tanaman kelapa, ataupun tanaman kelapa sawit. Untuk menghasilkan nira aren maka tanaman aren dipanen mulai dari atas terus turun kebawah, sementara tanaman kelapa dan kelapa sawit panennya dimulai dari bawah terus keatas. Inilah keunikan dari tanaman aren, semakin lama semakin rendah untuk memanennya, lain pula halnya dengan tanaman kelapa dan kelapa sawit, semakin lama memanennya maka semakin tinggi. 

            Nira aren merupakan output utama dari tanaman aren, sebagai hasil dari penyadapan tandan/tongkol bunga jantan. Selain itu bagian lain dari tanaman aren juga dapat menghasilkan input untuk proses produksi lain, diantaranya kolang kaling berasal dari tandan bunga betina yang sudah masak, dan sagu aren sebagai bahan makanan untuk pembuatan kue, roti dan biskuit yang berasal dari pengolahan bagian empulur batang tanaman aren, jika tanaman arennya sudah tidak bisa lagi di sadap.  Kondisi penyadapan paling baik terhadap tandan bunga jantang dari tanaman aren dilakukan pada umur 8-9 Tahun, yakni pada saat mayang dari tandan bunga jantan sudah tua. Penyadapan dapat dilakukan 2 (dua) kali sehari  yakni pada pagi dan sore hari.

            Produksi nira aren tentunya bertujuan untuk menciptakan keberkahan dan menambah mashlahah bagi kehidupan umat manusia, bukan hanya sekedar menciptakan dan menambah produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Pemenuhan kebutuhan konsumen (masyarakat), tidak hanya pemenuhan kebutuhan materi yang bersifat fisik, akan tetapi juga pemenuhan kebutuhan materi bersifat abstrak, dalam hal ini pemenuhan kebutuhan berkaitan hubungannya dengan Sang Pencipta Allah Azza Wajjallah (hablumminallah).

            Pengolahan produksi tanaman aren sangatlah beragam, tergantung niat dan kebutuhan petani aren. Pengolahan yang umum dilakukan oleh petani aren, terdapat dua versi berupa: [versi (a)] untuk bahan baku pembuatan gula cetak dan gula semut. [versi (b)] untuk bahan baku pembuatan tuak tradisional. Versi (a) jelas, proses produksinya dapat menciptakan dan  menambah mashlahah, mendapatkan profit secara hakiki yang berbingkai tujuan dan hukum Islam serta berkelanjutan secara optimal. Sedangkan versi (b) hanya semata-mata beroreantasi meraih laba sesaat tetapi merugi dalam jangka panjang serta berdampak dan berpengaruh tidak baik terhadap kehidupan berkelanjutan, dan yang pasti diharamkan, karena tuak tergolong khamr yang dapat memabukkan, dalam Islam hukumnya haram.

            Bahan baku pembuatan gula cetak dan gula semut, berupa nira aren yang berkualitas baik, yang ditandari dari rasa nira aren yang manis, tidak asam, warnanya kekuningan, dan tidak berbau. Jika rasa nira arennya masam, warna tidak kekuningan, dan berbau berarti zat gula yang terkandung dalam nira aren sudah mengalami fermentasi. Baik dan tidak baiknya kualitas nira aren tidak terlepas dari proses produksi nira aren tersebut. Adapun mekanisme produksi untuk menghasilkan nira aren adalah sebagai berikut:

  • Melakukan penyadapan terhadap tandan bunga jantan yang sudah tua, dan ditandai oleh isi buah berwarna kuning, dan dipotong ujung tandan dengan ukuran tertentu sesuai besaran tandan bunga jantan. Nira aren akan mengalir secara perlahan tetes demi tetes, disadap setiap hari dua kali pagi dan sore. Sebelum melakukan penyadapan terlebih dahulu tandan bunga jantan yang sudah tua dilakukan pemukulan dan pengayunan selama 25 menit, dilakukan 2 (dua) kali dalam sepekan. Pemukulan dan pengayunan dilakukan sebanyak 5 (lima) sampai 7 (tujuh) kali hingga tandan bunga jantan mengeluarkan aroma dan pecah, lalu mengembang, aktivitas ini diawali dengan pembacaan Do’a dan Shalawat Nabi, hal ini menandakan aktivitas produksi nira aren bersifat Syar’i [versi (a)], sedangkan tampa diawali Do’a dan Shalawat Nabi sifatnya tidak Syar’i [versi (b)]
  • Melakukan penampungan dengan menggunakan wadah berupa bambu dengan panjang lebih kurang 75 cm atau dengan wadah lainnya (jerigen), diikatkan secara erat dan ditutup menggunakan batok kelapa dan kain pada tandan yang sudah disadap. Proses penampungan nira aren juga terdiri dari dua: [versi (a)] Syar’i dengan cara terlebih dahulu memasukkan kedalam wadah penampungan potongan sejenis akar pohon tertentu yang dimemarkan, berukuran lebih kurang panjang 5 (lima) cm dengan diameter 1 (satu) cm, ataupun menggunakan kulit buah manggis/buah manggis muda/daun manggis, sebab getah manggis itulah yang membuat nira aren tidak masam sebelum dipanen ataupun sebelum diolah selanjutnya, [versi (b)] tidak Syar’i dengan cara terlebih dahulu memasukkan kedalam wadah penampungan sejenis potongan kulit batang pohon tertentu, agar nira aren menjadi masam dan kelat.  
  • Melakukan pemanenan nira aren sebanyak 2 (dua) kali sehari, dipagi hari antara pukul 07.00 sampai pukul 08.00 WIB dan disore hari antara pukul 15.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB, tergantung dari kepentingan dan kesempatan dari petani aren.
  • Menggunakan hasil produksi nira aren untuk proses produksi selanjutnya, [versi (a)] Syar’i: Jika hasil panen digunakan (memproduksi sendiri) ataupun dijual untuk bahan baku produksi gula aren baik dalam bentuk gula cetak maupun gula semut, serta dapat juga dijual dalam bentuk nira aren yang dididihkan satu kali sebagai bahan baku pembuatan kopi aren, sementara [versi (b)] Tidak Syar’i: Jika hasil panen di jual kepenadah/tengkulak/produsen tuak untuk bahan baku pembuatan tuak tradisional.  

Dari waktu kewaktu produksi nira aren hampir sebagian besar di gunakan untuk bahan baku pembuatan arak tradisonal. Kondisi ini disebabkan karena masih rendahnya kadar keyakinan kepada Allah SWT (iman) dari sebagian petani aren. Pemikiran sebagian petani aren hanya sebatas nominal dengan keuntungan besar bersifat sesaat. Apabila produksi nira aren dijual kepenadah/tengkulak/produsen tuak tradisonal, ini dihargai per liter Rp 12.000,- Sebaliknya apabila diolah untuk pembuatan gula cetak dan gula semut, maka untuk 1(satu) kg gula cetak dan gula semut dibutuhkan 5 (lima) liter nira aren, dengan harga jual per kg untuk gula cetak Rp 25.000,- dan Rp 60.000,- untuk gula semut, dengan cost tambahan berupa kayu bakar, tenaga kerja, dan membutuhkan waktu dalam proses produksi, serta adanya ketidakpastian hasil produksi gula semut berkaitan dengan kualitas nira aren. Sementara disisi lain apabila dijual kepenadah/tengkulak/produsen arak tradisional, 5 (lima) liter nira aren menghasilkan nominal sebesar Rp 60.000,- tampa tambahan biaya lain, langsung dinikmati hasil produksi, sehingga versi inilah [versi (b)] yang banyak diterapkan oleh petani aren.

Produksi nira aren dikatakan berkah tidak hanya sebagai aktivitas ekonomi yang menghasilkan nilai tambah (value added), akan tetapi juga menghasilkan tambahan mashlahah, dengan tujuan meraih profit yang hakiki serta berdampak dan berpengaruh positif terhadap kemajuan generasi penerus bangsa, serta terhindar dari keburukan khamr yang memabukkan. Tetesan nira aren dengan peruntukan [versi (a)] lah yang tentunya memberikan keberkahan dan kemashlahatan.        

             

  

“Wassallam”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun