Mohon tunggu...
Rossa Saniya
Rossa Saniya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Knowledge

Que Sera Sera

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengurangi Konsumsi Daging Tak Selamatkan Krisis Perubahan Iklim

26 November 2019   07:00 Diperbarui: 26 November 2019   07:06 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest.com

Perubahan iklim merupakan masalah paling mendesak yang sedang dihadapi dunia saat ini, dampaknya pun sangat mudah dirasakan oleh kita, seperti suhu bumi yang semakin meningkat, cuaca yang tak stabil, sampai berbagai bencana alam yang terjadi dalam kurun waktu terakhir ini , oleh sebab itu pencegahan perubahan ikim pun terus dilakukan secara global, naah salah satu perncegahan yang paling gencar dilakukan saat ini adalah mengurangi konsumsi daging sapi.

Pada tahun 2006, Badan pangan dunia, (FAO) merilis sebuah penelitian yang mengejutkan bahwa daging sapi merupakan penghasil terbesar emisi karbon paling intesif (18%) yang bahkan melebihi emisi seluruh kendaraan bermotor didunia jika digabungkan (13%). Sejak saat itulah, para aktivis dan masyarakat dunia mulai mengurangi konsumsi daging dengan berbagai cara seperti makan danging hanya seminggu sekali, menerapkan planetary helth diet (diet planet sehat), bahkan tak sedikit juga yang memutuskan menjadi vegetarian.

Apa keterkaitan antara daging sapi dengan perubahan iklim?

Siapa sangka bahwa daging sapi yang sangat lezat bisa menjadi penyumbang terbesar emisi karbon? Akan tetapi, hal ini akan masuk akal lho apabila kita telisik bagaimana daging sapi bisa sampai di meja makan kita. Mulai dari peternakan yang menjadi penyebab utama penebangan hutan -- faktanya, setiap tahunnya penebangan hutan untuk pembuatan lahan peternakan menyumbang emisi sebesar 2,4 miliar ton CO2, waaw angka yang fantastis bukaan?

Selanjutnya, memelihara ternak pasti membutuhkan alat alat pendukung seperti penghangat ruangan, mesin pemotong dan mesin pendingin, nah mesin pendingin inilah yang merupakan alat paling tidak efisien tenaga listrik, bayangkan saja berapa energi listrik yang dikeluarkan dari mesin pendingin di peternakan, tukang jegal, hingga toko penjual daging. Berikutnya, peternakan juga membutuhkan alat transportasi untuk mengangkut ternak, hewan ternak , dan obat-obatan lain , setelah daging sapi siap untuk didistribusikan pun akan menggunakan alat transportasi untuk mangangkutnya ke pasar-pasar.

Faktanya, dampak konsumsi daging terhadap emisi karbon tak sefatal yang diisukan. 

Baru-baru ini masyarakat dunia dikejutkan dengan beredarnya berita bahwa sebetulnya mengurangi konsumsi daging sapi tak akan selamatkan lingkungan, looh kok bisaa??

Ternyata, menurut penelitian di University of california, jika praktik senin tanpa daging di terapkan seluruh orang amerika, kita hanya akan melihat pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 0,5%, hmm angka yang sangat kecil dibandingkan dengan emisi yang dikeluarkan(18%). Rupanya, solusi "satu ukuran untuk semua" atau pengurangan untuk mengatasi perubahan iklim pun mungkin tidak membantu, karena bagaimana kita makan makanan yang dapat mempengaruhi lingkungan pun ternyata bergantung pada tempat kita tinggal dan bagaimana makanan kita dipasok.

Masalahnya, meskipun secara global daging serta produk hewani dikurangi, hal ini juga dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan gizi masyarakat di berbagai negara lhoo, terutama bagi negara berkembang dan negara miskin, termasuk Indonesia . Pasalnya negara berkembang dan miskin jugalah yang paling banyak terdampak perubahan iklim, kalau ibarat kata pepatah siih "sudah jatuh, tertimpa tangga pula".

FAO yang awalnya mengklaim bahwa sektor peternakan bertanggung jawab besar atas emisi gas rumah kaca pun telah mengakui kesalahannya, namun sayangnya, kekeliruan ini terlanjur tersebar luas lewat media di seluruh dunia, hingga saat ini pun berbagai pihak masih berusaha meluruskan kekeliruan ini. Menurut basis data statistik FAO, sebetulnya total gas emisi rumah kaca dari peternakan AS saja sebenarnya sudah turun sebesar 11,3% sejak tahun 1961. Bahkan, produksi ternak AS pun telah meningkat sebanyak 2 kali lipat. Naah setelah membaca penjelasan ini, kalian masih mau diet atau mengurangi konsumsi daging gak niih? hehehe

Sumber : nationalgeographic.com, telegraph.co.uk, theguardian.com .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun