Mohon tunggu...
Ardian Yunizar
Ardian Yunizar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

silent reader

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anakku Bisa Melihat Mahkluk Halus?

11 Februari 2014   09:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nadine, usianya baru genap 26 bulan (2 tahun 2 bulan) hari Ahad kemarin. Gadis kecil ini adalah anak sulungku, kakak dari Nadia, adiknya yang baru saja lahir pada 26 September tahun lalu. Ini kali kedua aku bercerita tentang Nadine lewat artikel di Kompasiana. Kalau pada sebelumnya tentang bagaimana bahagianya aku melihat keceriaan gadis kecilku ini bila sudah bergoyang mengikuti irama sebuah lagu, maka pada kesempatan ini aku agak sedikit sedih dan bingung untuk menceritakan tentang "ketakutan" Nadine belakangan ini.

Kisahnya dimulai di suatu malam, beberapa hari yang lalu, ketika istriku sedang menemani Nadine menuju tidurnya. Gadis kecilku ini memang agak susah untuk ditidurkan, harus melewati beberapa proses yang agak panjang hingga akhirnya ia terbuai dengan kantuk dan lelah tubuhnya. Biasanya, jurus terakhir yang kami keluarkan adalah mematikan televisi di kamar. Kalau cuma lampu dipadamkan itu sudah menjadi kebiasaan kami di setiap malam, tidak mempan lagi untuk menaklukkannya. Tapi kalau lampu dan televisi sudah off, maka biasanya itu berhasil, walaupun sesekali diikuti dengan rengekan tangisnya.

Lalu bertanyalah Nadine pada Bundanya, begitu ia memanggil istriku, "Apa itu Nda?" Sambil jari telunjuknya mengarah pada pintu kamar.

Istriku tidak melihat apa-apa selain hanya ada tumpukan pakaian yang tergantung di sana, lalu menjawab "Ga ada apa-apa sayang, cuma pakaian."

"Takut Nadine... apa itu Nda?" Lagi-lagi Nadine bertanya pada Bundanya, tapi kali ini dengan mimik wajahnya yang ketakutan.

Kembali istriku melihat ke arah belakang pintu kamar, mengamati dengan lebih seksama, mencoba mencari tahu objek apa yang sebenarnya diperhatikan oleh gadis kecilnya hingga ia ketakutan. Kali ini tampak oleh istriku beberapa helai selendang tipis yang bergoyang-goyang karena tertiup hembusan angin dari kipas listrik yang terdapat di dalam kamar. "Oooo... itu jilbab Bunda nak, goyang dia karena ketiup angin."

"Takut Nadine Nda," cepat gadis kecilku menangkap tubuh Bundanya, mengadukan perihal yang masih saja mengusik perasaannya. "Gak ada-apa nak... bobolah ya." Tak lama kemudian, Nadine telah terlelap tidur dalam pelukan Bundanya.

Ketika akhirnya aku masuk ke dalam kamar, istriku menceritakan kepadaku tentang hal itu. Aku hanya tersenyum saja mendengarkan akhir penuturannya. Tidak ada bahasan lebih panjang lagi dari obrolan kami malam itu karena aku telah sibuk dengan kegiatan yang lebih mengasyikkan, berburu nyamuk!

Selang beberapa hari kemudian dari kejadian tersebut, tepatnya pada malam Senin, aku sedang menemani Nadine di ruang keluarga, menghindarkannya untuk tidak masuk ke dalam kamar agar Bundanya bisa dengan leluasa menidurkan si adik kecil, Nadia. Kebetulan aku juga kangen dengan Nadine, karena seharian ia pergi menemani Bundanya pergi ke sebuah acara arisan, sementara aku lebih memilih untuk tinggal di rumah saja bersama Nadia. Di depan televisi yang kami acuhkan, habis tubuhku dijadikan Nadine sebagai mainan pada malam itu, mulai dari diiinjak-injak, dijadikan perosotan, dienjot-enjot, ditindih sampai digigit olehnya, fuihh!

Di tengah waktuku bermain bersama Nadine, gadis kecilku itu mendadak ketakutan dan medekapku erat tubuhku yang sedang duduk di hamparan karpet, "Takut Nadine Yah."

Jujur saja aku bingung mendapatkannya seperti ini, padahal tidak ada siapa-siapa lagi selain hanya ada kedua orangtuaku yang sedang duduk di kursi santai sambil menonton acara di televisi. Yai dan Nyai, begitu Nadine dan Nadia memanggil kakek-neneknya. Belumlah sempat aku menanyakan, Nadine kembali berucap "Apa itu Yah?" mengacung jari mungilnya menunjuk ke arah siku atau ujung dinding bagian atas ruangan keluarga tempat kami berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun