Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Suka Duka Menjadi Buruh Kimia (Part 2)

3 Maret 2019   20:43 Diperbarui: 30 Maret 2022   14:26 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan karena saya suka mengeluh. Bukan karena saya manja. Tidak begitu. Tapi faktanya memang menjadi buruh kimia buat saya itu sangat melelahkan secara psikis.

 Ingat, ini bagi saya ya. Ini menurut saya. Enggak tau deh kalau buruh kimia lain, mungkin beda cerita. Mungkin lebih indah ha-ha. Jadi tolong saya mohon kepada Kompasianer yang budiman jangan menggeneralisasi bahwa semua buruh kimia bernasib sama seperti saya. Sungguh tidak begitu, Ferguso.

So, untuk Kompasianer yang sedang membaca tulisan saya ini dan ada niat untuk melamar kerja di bidang kimia, enggak perlu takut ya. Coba dulu saja, toh dengan mencoba akhirnya punya pengalaman baru bukan? Dan pengalaman adalah sebaik-baiknya guru. Betul?

Oke, kembali menyoal kelelahan batin yang saya alami selama menjadi buruh kimia. Seorang buruh kimia yang berkutat dengan bidang spesifik "analisis kimia" pasti kerjanya enggak jauh dari perhitungan konsentrasi larutan, reaksi kimia, titrasi, dan pengukuran dengan instrumen-instrumen canggih lainnya. Ya pastinya bertemu dengan perhitungan matematis yang sudah baku.

Ini nih! Bertemu dengan hal yang baku itu jujur saja sudah membuat saya lelah! Tapi tenang, saya bisa atasi itu dengan cara saya.

Namun, masalahnya adalah cara yang selama ini saya gunakan ternyata tidak bisa diterima oleh atasan. Katanya cara saya itu ribet. Terlalu berbelit-belit. Jadi saya terpaksa harus menggunakan caranya atasan.

Bagi saya, menggunakan cara orang lain itu butuh waktu. Butuh waktu untuk menerima hingga akhirnya terbiasa. Ya begitulah cara kerja diri saya, agak lama dalam mencerna cara apapun yang bukan ciptaan saya sendiri.

Apa Kompasianer juga pernah mengalami kondisi yang mirip seperti saya? Kalau iya mari kita berpelukan. Ha-ha-ha.

Jadi pernah nih, saya ditanya oleh atasan. Dikasih semacam soal gitu deh, soal tentang perhitungan konsentrasi. Saya disuruh menjelaskan di depan tim kerja saya. Ya sudah, saya dengan percaya diri menuliskan cara perhitungan saya dengan ilmu yang saya punya -- lebih tepatnya sedikit ilmu yang saya punya.

Di perjalanan ketika menuliskan perhitungan saya kaget! Terkejut! Tau kenapa? Karena tiba-tiba atasan saya nyeletuk,

"Duh kamu ya ngitung begini aja lama banget, lelet banget, ini kan gampang.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun