Sore hari itu aku termenung. Aku tak habis pikir.
Anak kecil umur 3 tahun kurang 8 hari saja ternyata sudah mampu mengerti makna dari sebuah "janji".
Jadi, ceritanya aku mau pergi. Si adik terus merajuk, ga ngomong apa-apa. Tapi dari raut wajahnya dia terlihat sedih karena mau aku tinggal, padahal masih rindu. Perlahan dia nangis, kalo  dalam istilah Sunda mah merenyeng.
Akhirnya sebelum pergi aku coba bujuk dia supaya ngerti. Aku bilang ke dia kalo aku pergi cuma sebentar, nanti sore pulang lagi. Lalu nanti kita jalan-jalan.
Sampai di rumah. Aku kaget! Si adik nunggu sambil duduk di kursi depan rumah. Udah pake baju cantik. Udah gendong tas plus bawa botol minum. Udah pake sepatu lengkap dengan kaos kakinya.
Ketika dia liat aku pulang, seketika wajahnya berubah dari yang awalnya gundah menjadi sumeringah. Â dia bangun dari tempat duduknya, berlari ke arahku lalu meluk aku dan nempel terus, takut kalo aku tinggalin lagi.
Lalu aku merasa bahagia. Bersyukur karena telah dikaruniai seorang adik yang baik.
Seketika ada janji yang aku tulis dalam diri. Aku ingin menjadi contoh untuk adikku. Aku ingin bisa membahagiakan dia. Aku akan berusaha semampuku agar tak membuatnya bersedih. Aku akan berusaha selalu ada untuknya. Membimbingnya, mendidiknya, sampai ia sudah dewasa nanti dan bisa berlari sendiri.
Bandung, 9 September 2018.