Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Mengaku Pintar Sebelum Kuasai Teknik Belajar Ini

13 September 2017   19:28 Diperbarui: 14 September 2017   00:47 4502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang Anda bayangkan pertama kali ketika mendengar kata 'belajar'? Mungkin sebagai seorang siswa SMA/K, bayangan yang muncul pertama kali dalam benak kita manakala mendengar kata 'belajar' adalah kondisi siswa-siswi yang sedang duduk di kelas sambil mendengarkan apapun yang disampaikan oleh gurunya.

Wajar memang jika pemahaman terhadap belajar yang seperti itu dimiliki oleh hampir seluruh siswa SMA/K saat ini. Karena ketika saya duduk di bangku sekolah menengah kejuruan, saya pun melihat hampir seluruh siswa saat itu terbiasa dengan cara belajar yang pasif dan bahkan saya juga termasuk salah seorang yang terbiasa menggunakan cara tersebut. Jujur saja, saat itu saya merasa jenuh jika terus-menerus hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru.

Apa yang dirasakan oleh saya di masa lalu, akhirnya membuat saya berharap semoga generasi siswa SMA/K selanjutnya perlahan meninggalkan cara belajar yang seperti itu. Namun, kenyataannya cara belajar yang seperti itu masih sering digunakan oleh siswa SMA/K saat ini. Apalagi ketika saya bertanya kepada beberapa tetangga penulis yang saat ini masih duduk di bangku sekolah menengah atas tentang bagaimana cara mereka belajar, ternyata hampir seluruhnya menjawab, "Saya sih kalau belajar di kelas ya hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru saja."

Tidak hanya sekedar cara belajar pasif saja yang masih sering digunakan oleh siswa SMA/K saat ini. Tetapi belajar dengan cara menghafalkan seluruh materi yang diajarkan oleh guru ternyata masih digunakan oleh hampir sebagian besar siswa SMA/K saat ini.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa SMA/K yang sibuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar beberapa bulan menjelang ujian nasional (UN) agar bisa menguasai cara-cara menghafal dengan cepat. Setelah UN usai maka para siswa pun berhenti mengikuti kegiatan bimbingan belajar. Hal tersebut juga pernah dialami oleh saya ketika masih duduk di bangku SMK.

Saat itu tiga bulan menjelang UN, saya sibuk menulis rumus-rumus: matematika, kimia, fisika, dan lainnya. Kemudian setelah berhasil membuat ringkasan rumus maupun materi pelajaran, saya pun lanjut menghafalkan rumus-rumus tersebut hampir setiap hari agar pengetahuan tentang rumus-rumus serta materi bisa mengendap di otak saya.

Memang, cara tersebut berhasil membuat saya sukses dalam menjawab seluruh soal yang ada di dalam lembar soal UN dan akhirnya saya pun lulus UN. Namun setelah UN berlalu, pengetahuan yang dimiliki oleh saya tentang rumus-rumus serta materi pelajaran juga ikut berlalu dan menguap begitu saja.

Sebagai siswa SMA/K, sudah sepatutnya kita meninggalkan cara belajar yang pasif dan berhenti menghafalkan materi-materi yang diajarkan oleh guru kita. Karena menggunakan cara belajar yang seperti itu secara terus-menerus hanya akan membuat diri kita merasa terbebani bahkan tersiksa. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menggunakan cara belajar yang lebih efektif dan mampu membuat diri kita merasa senang saat belajar. Salah satu teknik belajar yang efektif adalah teknik belajar keterampilan proses.

Teknik belajar keterampilan proses adalah sebuah cara belajar yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu memperoleh hasil belajar dengan baik. Jadi, ketika kita menerapkan teknik belajar keterampilan proses dalam rangka memahami materi yang dipelajari, maka kita akan berusaha secara aktif untuk mencari tahu informasi apapun terkait materi yang dipelajari di sekolah. Dengan begitu, penerapan teknik belajar keterampilan proses membuat Anda tidak lagi menjadi pembelajar pasif yang hanya diam dan menerima pengetahuan apapun yang guru berikan kepada Anda.

Di samping itu, teknik belajar keterampilan proses juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknik belajar selainnya. Keunggulan teknik belajar keterampilan proses antara lain: (1) siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran karena siswa langsung melibatkan objek yang nyata dalam proses pembelajaran; (2) siswa mampu menemukan konsep-konsep yang dipelajari secara mandiri; (3) siswa terlatih untuk lebih berpikir lebih kritis; (4) siswa terlatih untuk aktif dan terbiasa mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran; (5) siswa semakin terdorong untuk menemukan konsep-konsep baru; (6) siswa memiliki kesempatan untuk menggunakan metode ilmiah dalam proses pembelajaran. Keunggulan dari teknik belajar keterampilan proses inilah yang membuat para ahli berpendapat bahwa teknik belajar ini sangat sesuai untuk digunakan di zaman yang yang serba canggih seperti sekarang ini.

Keunggulan yang dimiliki oleh teknik belajar keterampilan proses tidak akan kita dapatkan jika kita masih menggunakan teknik belajar dengan cara menghafal. Belajar dengan cara menghafal justru akan membuat kita sulit untuk memahami materi pembelajaran, karena kita tidak mengerti apa realitas objek yang sedang kita pelajari. Selain itu, belajar dengan cara menghafal juga tidak akan membuat kita terdorong untuk menemukan konsep-konsep baru karena otak kita sudah disibukkan untuk menghafalkan seluruh materi yang diajarkan di sekolah.

Teknik belajar keterampilan proses harus dilakukan secara bertahap agar memperoleh hasil belajar yang efektif. Beberapa tahap yang harus dilakukan untuk menerapkan teknik belajar keterampilan proses di antaranya:

  • Mengamati, mengamati adalah kemampuan mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan panca indera yang kita miliki (contohnya seperti melihat, mendengar, merasa, meraba, dan lain-lain).
  • Menggolongkan, menggolongkan adalah keterampilan untuk mengelompokkan konsep, benda, keahlian, dan realitas tertentu berdasarkan persamaan atau perbedaan yang dimiliki oleh benda, realitas, dan konsep tersebut.
  • Menafsirkan, menafsirkan adalah kemampuan untuk mengartikan sesuatu berupa konsep, informasi, benda atau realitas tertentu yang telah didapatkan dari proses pengamatan ataupun eksperimen.
  • Meramalkan, meramalkan adalah kemampuan untuk menyimpulkan apa yang akan terjadi di masa mendatang berdasarkan hasil dari proses penafsiran data atau informasi yang diperoleh dari pengamatan.
  • Menerapkan, menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan hasil belajar berupa konsep, teori atau keterampilan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
  • Merencanakan penelitian, merencanakan penelitian adalah tahapan dalam penelitian yang diawali dengan menentukan: objek yang akan diteliti, tujuan penelitian, batasan penelitian, sumber data, cara analisis, alat dan bahan, cara pengumpulan data, cara mengolah data, dan metode penelitian.
  • Mengkomunikasikan, mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil kegiatan belajar dalam bentuk tulisan, gambar, gerakan atau tindakan kepada orang lain.

Bagi siswa SMK yang terbiasa melakukan praktikum setiap minggu, teknik belajar keterampilan proses ini bisa diterapkan sebelum, saat, dan setelah kita melakukan praktikum. Contohnya, siswa SMK yang akan melakukan praktikum reaksi asam-basa bisa mulai mengamati realitas reaksi asam-basa yang ada di sekitarnya sebelum melakukan praktikum. Kemudian setelah siswa melakukan pengamatan, dan hasil dari pengamatan tersebut ternyata ditemukan beberapa jenis realitas reaksi asam-basa, maka di sini siswa bisa menggolongkan jenis-jenis reaksi asam-basa yang didapat dari hasil pengamatannya.

Dari hasil pengelompokkan jenis-jenis reaksi asam-basa tersebut, selanjutnya siswa bisa menafsirkan konsep reaksi asam-basa dengan cara menemukan pola-pola yang terjadi pada setiap jenis reaksi asam-basa. Setelah siswa memahami pola tertentu pada reaksi asam-basa, siswa akhirnya akan mampu meramalkan atau mempredikisi bagaimana mekanisme reaksi asam-basa bisa terjadi. Dan untuk menguji kebenaran proses terjadinya reaksi asam-basa maka dilakukanlah penelitian dengan merencanakan penelitian terlebih dahulu.

Setelah proses penelitian selesai, siswa pun mengkomunikasikan hasil pengujian reaksi asam-basa dengan cara membuat laporan tertulis atau pun mempresentasikan hasil praktikum secara langsung ketika di kelas. Itu hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh penerapan teknik belajar keterampilan proses dalam konteks pembelajaran di tingkat SMK. Selebihnya, teknik belajar keterampilan proses tidak hanya bisa digunakan dalam konteks praktikum saja, tetapi bisa juga diterapkan dalam memahami konsep materi seluruh mata pelajaran yang diajarkan di SMA/K.

Memilih cara belajar yang tepat sangatlah penting bagi kita sebagai siswa SMA/K, karena kita adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan maju atau mundurnya suatu bangsa. Generasi penerus bangsa tentu akan ikut aktif untuk bertanggungjawab dalam menyelesaikan permasalahan bangsa.

Permasalahan bangsa yang terus bertambah dari waktu ke waktu, tanpa disadari telah menuntut para siswa agar memiliki keterampilan yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa dengan jitu. Dan keterampilan yang mampu memberikan solusi jitu di masyarakat hanya bisa diperoleh jika para generasi penerus bangsa menerapkan teknik belajar keterampilan proses.

Karena dengan menerapkan teknik belajar keterampilan proses, mereka dilatih untuk memahami teori dan mengusai keterampilan dengan berpijak pada realitas yang ada. Oleh karena itu, sudah saatnya generasi penerus bangsa meninggalkan cara belajar lama yang tidak mampu memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Karena belajar itu bukan tentang bagaimana kita menghafalkan teori yang tertuang pada secarik kertas, tapi belajar adalah tentang bagaimana kita memahami teori dengan berpijak pada realitas. Belajar juga bukan tentang mengikuti yang benar menurut mayoritas, tapi belajar adalah mengikuti yang benar dengan berpijak pada realitas.

Ditambah lagi dengan adanya kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang terus berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu. Tanpa disadari perkembangan IPTEK yang begitu pesat telah menggiring para siswa SMA/K untuk memiliki kesiapan mental dan kemandirian dalam belajar.

Kemandirian dalam belajar membuat siswa SMA/K menjadi tidak ketergantungan pada gurunya, sehingga setelah lulus mereka masih bisa mengasah keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Kemandirian dalam belajar juga membuat siswa SMA/K tidak hanya dapat mengembangkan teknologi yang sudah ada, tapi mereka juga bisa menemukan teknologi baru. Selain dituntut untuk mandiri, para siswa SMA/K juga dituntut untuk memiliki ketahanan mental dalam belajar.

Ketahanan mental dalam belajar ini dibutuhkan oleh para siswa agar mereka bisa terus berproses untuk mengasah keterampilan mereka. Karena dengan memiliki ketahanan dalam berproses, siswa SMA/K akan senantiasa berusaha mengasah keterampilan walaupun banyak tantangan yang menghadang di depan mata. Maka dari itu, berproseslah agar kita bisa terus belajar dari kesalahan sehingga kita tidak mudah tergilas oleh arus perubahan. Berproseslah agar kita bisa menguasai keterampilan-keterampilan baru yang mampu menjawab tantangan zaman.

Daftar Pustaka:

Hikmawati. "Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pesawat Sederhana Siswa di Kelas V SDN 51 Lambari". Jurnal Pendidikan, Volume 11, No.1(Februari-Mei 2012): 44-53.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun