Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menerima Pasangan Apa Adanya

2 Juni 2022   04:32 Diperbarui: 2 Juni 2022   08:58 3349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pondasi Kokoh Membangun Rumah Tangga.

Saat  memilih pasangan hidup ,maka seharusnya kita sadar bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Sehingga dengan demikian kita sudah mempersiapkan mental untuk menerima pilihan kita apa adanya Karena kalau kita mau  mencari seseorang yang "pas"segala sesuatu yang sesuai dengan harapan kita ,tak akan pernah ditemui walaupun mencari keseluruh pelosok.

Prinsip nya sangat sederhana, yakni sadar bahwa diri sendiri jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu terima apa adanya pasangan kita . Kalau boleh diibaratkan membangun rumah,  pondasinya harus saling menunjang  satu dengan yang  lainnya. Karena bila terjadi kesenjangan , maka akan robohlah bangunan  tersebut. 

Kita sendiri tahu bahwa kita juga tidak sempurna ,oleh sebab itu kalau kita mencari cari kekurangan pasangan kita ,pasangan pun bisa berbuat hal yang sama. Menuntut kesempurnaan pasangan hidup merupakan lampu merah dalam kehidupan berumah tangga. Sebaiknyalah kita saling mengerti dan saling mengingatkan.Hidup bertoleransi tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi juga dalam kehidupan berumah tangga.

Menerima pasangan dengan apa adanya bukan berarti membiarkan sesuatu yang salah terus berlangsung  Tetapi saling mengingatkan satu sama lainnya. Seperti telah saya ungkapkan dalam tulisan terdahulu. Pasangan dengan hobi yang berbeda ,juga jurusan berbeda Seperti kami berdua, saya jurusan  pasti alam sedangkan suami jurusan bahasa Indonesia. Semua bisa kita atur sehingga cocok satu dengan lainnya.  

Kesimpulan:

Ibarat orang membangun rumah maka tiang penyangga harus saling menunjang, sehingga bangunan tetap  kokoh.Begitu juga dengan Rumah tangga bila pondasinya tidak kokoh maka bisa dibayangkan rumah tangga itu tidak akan bertahan lama .

Hal inilah yang menjadi dasar kami membangun rumah tangga. Kami bersyukur kepada Tuhan,57 tahun hidup pernikahan telah kami lalui dengan segala suka dan dukanya. Setelah pensiun, setiap hari kami berdua selalu bersama sama kemanapun selama 24 jam sehari  . Tulisan ini merupakan cuplikan perjalanan hidup pribadi kami berdua.

Semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari tulisan ini,yakni :"Menuntut kesempurnaan pasangan hidup merupakan awal petaka dalam keharmonisan berumah tangga" Terima kasih untuk semua orang yang berkenan menyempatkan untuk membaca tulisan ini.

02 Juni 2022.

Salam saya,

Roselina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun