Telah dilakukan semenjak hidup kami morat marit
Untuk mengaplikasikan  hidup bertoleransi bukan berarti harus menunggu hidup berkecukupan  . Toleransi  bukanlah semata mata berbagi harta tetapi bisa juga berbagi ruang hidup Karena itu  kendatipun  hidup susahpun kita bisa hidup  bertoleransi pada sesama kita. Hal ini telah kami  buktikan saat masih tinggal di Pasar  Tanah Kongsi. Pada masa itu merupakan tahun tahun yang  paling sengsara sepanjang perjalanan hidup kami  .
Tetangga sebelah dinding adalah keluarga Muslim asal Pariaman . Kami panggil dengan sebutan Ajo dan isterinya One' Persis berhadapan ada kedai ko Put On penganut agama Budha. Disampingnya ada pak Pidi yang menjual cabe gilingÂ
Didepan kedai kami yang merangkap Jadi tempat tinggal berjejeran orang berjualan sayur Ada beberapa orang ibu ibu. Mia,Ambon dan Fat.Mereka numpang untuk jualan sayur mereka.Begitu juga kalau mereka ingin ke toilet mereka numpang pada kami karena toilet umum jauh lokasinya.
Kalau sore hari masih ada sisa sayur mereka titip pada kami .Begitulah kami bertoleransi pada mereka walaupun berbeda suku dan agama . Untuk sholat kami juga memberikan tempat pada mereka dikedai  kami. Â
Ketemu cucu Mia
Beberapa tahun yang lalu ketika ke Padang,kami menyempatkan berkunjung ke Tanah Kongsi . Kebetulan sekali kami bertemu dengan Cucu Mia(Elli) yang dulu berjualan didepan rumah kami. Elli mengatakan pada kami neneknya sebelum meninggal dunia bercerita pada Elli  tentang kami yang selalu bertoleransi pada mereka walaupun tidak sesuku dan tidak seagama.
Mia sang nenek rindu pingin ketemu, sayang kami sudah di Australia.Elli ini sekarang sedang kuliah semester kedua. Ternyata kesan baik yang kami tinggalkan tetap diingat hingga keanak cucu .