Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menuai Apa yang Kami Tabur (Seri 56)

2 April 2021   04:25 Diperbarui: 2 April 2021   04:29 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto disekitar Yokhang temple (dok pribadi)

Yokhang Temple

Suami sedang mengambil foto lokasi(dok pribadi)
Suami sedang mengambil foto lokasi(dok pribadi)

Pada keesokan harinya kami bertemu dengan pasangan dari Paris dengan guide yang lain di Yokhang Temple.Sebagai orang Barat mereka lebih berani menanyakan pertanyaan yang bagi kita segan.

Salah satu pertanyaan mengenai Dalai Lama yang mengungsi ke India. " Maaf, Dalai Lama ,sebagai pimpinan tertinggi anda,telah melarikan diri ke luar negeri, terus apakah anda masih menganggapnya sebagai "guru" dan pimpinan anda?" 

Kami terkejut dan menyangka pendeta tadi pasti tersinggung,tapi ternyata tidak sama sekali.Dengan tenang dia menjawab: "Bagi kami,sekali orang menjadi guru kami,maka seumur hidup ia adalah guru kami.Anda keliru. Kalau anda hanya belajar dari kesuksesan seseorang, anda akan gagal.Anda harus belajar juga dari kegagalan orang, karena kegagalan adalah anak tangga ,tempat anda berpijak untuk sampai kepada sukses.Tanpa itu,mustahil anda akan bisa meraih kesuksesan. "Kami berpikir sebuah pelajaran baru kami dapatkan cuma cuma.

Patung Budha sewaktu menuju ke Yokhang Temple(dok pribadi)
Patung Budha sewaktu menuju ke Yokhang Temple(dok pribadi)
Secangkir Teh Hangat 

Ketika kami memasukki pertokoan di sekitar Yokhang tempel. Udara sangat dingin merasuki tubuh dengan oxigen yang hanya 50% menyebabkan sakit kepala kami.Melirik sekitar tempat tidak ada yang jualan minuman kami membeli pisau Tibet untuk koleksi Karena suami sejak dulu hobi mengoleksi pisau antik

Setiap kali kami keluar negeri pasti suami akan  membeli pisau. Kalau nggak salah sudah berkumpul pisau dari puluhan negara 

Pisau dari Tibet (dok pribadi)
Pisau dari Tibet (dok pribadi)
Karena letih dan kedinginan kami duduk di batu didepan sebuah toko souvenir.Baru duduk beberapa menit terlihat seorang gadis keluar dengan mampan berisi dua cangkir teh panas ,karena masih mengempul.Kami berpikir alangkah baiknya kalau kami bisa mendapatkan teh tersebut

Ternyata sang gadis datang kepada kami sambil mengatakan "Silahkan diminum anda kedinginan dan butuh minuman ini"Saya buru buru mengambil dompet tapi dicegah gadis tersebut dengan mengatakan "Tidak semua dihitung dengan uang Teh ini saya berikan untuk membantu anda yang kedinginan"

Saya malu dan mendapat pelajaran yang sangat berguna Yakni  tidak semua dinilai dengan uang biarpun dia sangat membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun