Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Kisah Perjalanan Hidup (Seri 10)

29 September 2020   05:12 Diperbarui: 29 September 2020   06:21 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Bernard (Pimpinan Wilayah AIG Lippo) menyerahkan hadiah pemenang kontesan AIG Lippo (dok pribadi)

Selanjutnya saya berusaha untuk mendekati teman teman lama saya yang berdomisili di Jakarta.Salah satu teman kami di ORARI Pak  Joni      mempunyai perusahaan yang cukup maju di daerah Mangga Besar Jakarta kami datangi.

Sewaktu saya perkenalkan saya sekarang bekerja di AIG Lippo dia mengatakan kalau assurasnsi saya tidak berminat sama sekali.Saya mengiakan dan meletakkan brosur yang saya bawa dimeja dan tertutup kebawah.

Pak Budi (direktur AIG Lippo)menyematkan simbol Champion Honor (Dok pribadi)
Pak Budi (direktur AIG Lippo)menyematkan simbol Champion Honor (Dok pribadi)
Pak Budi (Direktur AIG Lippo) menyematkan pin Champion Honor pada saya(dok pribadi)

Mulailah pak Joni berceritera tentang keberhasilan dia selama ini dan setelah dua jam bercerita kami hanya menjadi pendengar yang baik ,pak Joni bertanya apa cerita tentang pak Effendi dan ibu coba lah ceritakan saya akan mendengarkan.

Saya langsung mengambil ahli pembicaraan dengan mengatakan kami tidak ada apa apa yang mau diceritakan karena memang kami sekarang hanya bekerja di AIG Lippo .

Pak Joni tersenyum dan langsung berkata kalau begitu ya kita bicara mengenai AIG Lippo saja bu supaya ibu juga punya ceritera yang akan saya dengarkan.

Setelah bercerita panjang lebar mengenai assuransi pak Joni bersedia membeli polis  assuransi untuk dirinya dan buat keluarga Dan satu lagi buat sekolah putranya yang bungsu.Kedua duanya dalam US Dolar jadi nilai tertinggi saya dapatkan .

Kesimpulan

Ternyata hidup di Jakarta tidak seindah cerita orang  .Banyak hal yang perlu kami tekuni agar mampu bertahan hidup. Begitu juga dengan suami yang harus ekstra hati hati mengemudikan kendaraan di Jakarta.

Hidup di Jakarta, menyerah berarti mati .Karena itu saya dan suami saling mendukung Mengubah total gaya hidup dari Boss perusahaan dan mulai dari nol sungguh bukan masalah kecil

Tetapi karena kami sudah bertekad untuk tinggal di Jakarta, akhirnya kami sudah terbiasa dengan berbagai gaya hidup disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun