Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjelajahi Benua Asia (Bag 1)

22 Juli 2020   05:00 Diperbarui: 22 Juli 2020   05:32 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita mulai dengan kunjungan ke Cambodia 

Karena di  benua Afrika belum  banyak yang kami jelajahi maka kita sudahi saja kisah perjalanan disini  dan beralih ke Benua Asia. Benua Asia yang merupakan benua yang paling banyak kami jelajahi dari satu negara ke negara lainnya  Alasannya sederhana yakni jarak yang dekat. Menurut perkiraan saya termasuk Indonesia semua ada 13 Negara yang sudah kami jelajahi,antara lain :

  1. Camboja
  2. China
  3. Hongkong
  4. Jepang 
  5. Korea
  6. Malaysia
  7. Singapore
  8. Pilipina
  9. Taiwan
  10. Thailand
  11. Tibet
  12. Vietnam 
  13. Indonesia

Camboja  

dokpri
dokpri

Mengunjungi  negara Camboja pikiran kita tak terlepas dari Ladang Pembantaian "Choeung Ek " di Cambodia yang merupakan sejarah kelam negeri ini  Walsupun bukan destinasi wisata yang menyenangkan tapi kami menyempatkan untuk berkunjung kesini 

Begitu menginjakkan kaki di Killing Fields "Choeung Ek" ini tanpa sadar saya jadi merinding Apalagi ketika bunyi musik dan suara ,lewat earphone yang dipinjamkan oleh petugas, menceritakan kebiadaban manusia yang terjadi 40 tahun yang lalu. Masa dimana rezim komunis mulai berkuasa di negara ini 

dokpri
dokpri
Menjalani jalanan yang sepi  dan larut dalam suara musik yang  diperdengarkan melalui earphone, tanpa terasa menyebabkan kita merinding.Bukan karena takut,tapi seakan ikut merasakan saat saat pembantaian orang orang tak berdosa ,secara sadis. Meskipun yang dibantai tidak ada hubungan dengan kita mau tak mau hati kita tergetar juga membayangkan pembantaian yang begitu keji. 

Bahkan sebutir peluru,dianggap terlalu mahal untuk satu nyawa orang,sehingga untuk anak anak dan bayi, dihabisi dengan cara di bantingkan kepohon Dan pohon tersebut ,kini merupakan saksi bisu terhadap kekejaman manusia

dokpri
dokpri
Dari 300 ladang pembantaian yang terdapat di negeri ini ,ada  dua tempat yang paling bersejarah yaitu  Choeung Ek dan  komplek penjara S-21 yang kini dijadikan museum yaitu Tuol Sleng Genocide Museum.  Choeung Ek terletak 17 km dari Phnom Penh.

Namun karena jalanan berlubang dan penuh selokan maka kami tiba setelah 45 menit berkendaraaan dengan Tuk TUk  yaitu beca dengan mesin motor angkutan umum karena taksi tidak ada yang mau menuju daerah ini dengan alasan jalan buruk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun