Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selama Ini Sibuk, Tak Punya Waktu untuk Keluarga

10 April 2020   05:18 Diperbarui: 10 April 2020   06:01 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: getty.image

Kini kita punya banyak waktu

Alasan yang   banyak dikemukakan selama ini ,yang paling sering kita dengar adalah :"Sangat sibuk,sehingga tidak punya waktu"Bayangkan pagi pagi bangun jam 5 mandi ,makan dan berangkat kekantor karena kalau agak siang macet tidak bisa nyampai tepat waktu dikantor  Suami  berangkat ke kantor,anak anak . Berangkat pagi pagi,  juga anak anak harus bergegas ke sekolah agar jangan terlambat. Apalagi bila istri juga bekerja,maka lengkaplah sudah alasan,bahwa saking sibuk,tak ada waktu lagi untuk saling berkomunikasi dengan keluarga.

Boleh dikatakan tidak ada waktu untuk keluarga karena malam baru tiba kembali di rumah  .Buru buru mandi ,makan  dan langsung tidur.Begitulah rutinitas kita setiap hari. Hanya  sekali seminggu ,baru ada waktu untuk berkumpul bersama keluarga tercinta  Keadaan ini berlangsung dari tahun ketahun sampai anak anak kuliah dan bertumbah menjadi dewasa 

Kini sepanjang hari dirumah,sudahkah dimanfaatkan untuk keluarga?

Disebabkan serangan pandemi  virus corona maka kita semua harus mematuhi aturan lockdown sehingga semua berkumpul dirumah ,tanpa kecuali anak anak ,karena merekapun diliburkan dari sekolah dan  berlajar dirumah saja,untuk menghindari berkembangnya virus corona .Maka kita berada dirumah sepanjang hari dan begitu juga dengan anak anak kita.

Pertanyaannya kalau selama ini,kita selalu mengeluh kekurangan waktu,karena masing masing saking sibuknya,sehingga tidak punya waktu untuk saling berkumpul bersama keluarga dan kini,ketika sepanjang hari kita boleh dirumah,bukankah seharusnya menjadi  momentum yang paling membahagiakan kita semua? Bukankah selama ini,kita mendambakan "waktu " agar dapat dekat dengan seluruh anggota keluarga?  Kalau memang ini yang kita tunggu,maka seharusnya ktia bersyukur. bahwa  ada blessing in disguise  ,berkat terselubung dari mewahahnya virus corona ini 

Kita punya waktu lebih dari cukup agar dapat dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan keluarga. Karena dengan kita berdiskusi ,maka  tidak akan ada rasa bosan sepanjang hari  di rumah.  Kita juga bisa mengajak anak anak kita untuk dapat melewati hari demi hari dengan gembira tanpa bosan dan stress.Kita ajak anak anak untuk bercanda,berkebun,memasak ,menggambar  atau melakukan berbagai kegiatan di rumah,yang menghadirkan keceriaan ,serta semakin mempererat hubungan antar keluarga

Kesimpulan

Kalau stay home ,kita maknai sebagai suatu keterpaksaan atau malahan merasa seperti menjadi tahanan rumah,maka akan sia sialah seluruh waktu kita terbuang .Bahkan menghadirkan rasa jenuh,bukan hanya dalam diri kita pribadi,tapi akan menular pada seluruh anggota keluarga,Kita menghindar dari virus corona,tapi tanpa disadari kita menjadi penebar virus dalam bentuk lain dalam keluarga sendiri,yang tak kurang berbahayanya,yakni :"virus kebosanan"  Semoga janganlah kita sampai menjadi penebar virus bosan ini dalam keluarga kita 

10 April 2020.

Salam saya,

Roselina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun