Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orangtua Jangan Suka Baper

31 Agustus 2019   04:17 Diperbarui: 31 Agustus 2019   05:49 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay

Harus Mau Menyesuaikan Diri
Jaman telah berubah, kalau dulu hampir semua orang hidup dalam satu rumah besar, yang di kampung halaman kami disebut rumah gadang. Di mana orangtua tinggal dan anak cucunya juga tinggal di tempat yang sama.

Bagi yang kondisi ekonomi cukup mapan, maka di samping rumah besar, dibangunlah rumah rumah kecil, yang berada dalam satu pekarangan yang sama. Masing-masing untuk anak-anaknya yang kelak sesudah menikah tinggal di sana bersama istri dan anak-anak mereka yang kelak lahir.

Bagi yang ekonomi pas-pasan. harus mau tinggal dalam satu rumah besar dengan kamar masing-masing. Selama masih belum berumah tangga, seluruh pengeluaran ditanggung oleh Kepala Keluarga, yakni sang Ayah.

Kondisi ini terus berlanjut hingga anak-anak sudah mampu mandiri. Dalam kondisi seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa setiap kalimat yang keluar dari mulut kepala keluarga adalah perintah yang harus ditaati. Sementara urusan rumah tangga diatur oleh ibu.

Tapi zaman sudah berubah. Tradisi tinggal dalam satu rumah gadang sudah hampir tidak mungkin lagi diterapkan, karena berbagai alasan. Baik faktor ekonomi, maupun faktor keinginan anak mantu untuk dapat hidup mandiri.

Zaman Milenial
Zaman telah berubah. Sekarang masing-masing anak yang sudah berkeluarga tinggal sendiri-sendiri dan mengatur kehidupan masing-masing. Kondisi seperti ini menyebabkan anak-anak secara tanpa sadar merasa bahwa hubungan mereka dengan ayah dan ibu adalah hubungan pertalian darah.

Dalam hal memberi "komando" mereka merasa tidak lagi harus patuh pada perintah ayah. Apa yang keluar dari mulut ayah, nilainya hanyalah sebatas permintaan. Jadi boleh dipenuhi dan boleh juga ditolak.

Menghadapi situasi seperti ini, jalan terbaik bagi orang tua terutama Ayah, harus mau menyesuaikan diri dengan perubahaan zaman. Bila masih menganggap perkataannya adalah sebuah perintah yang harus diikuti anak-anak yang sudah berkeluarga, maka hal ini akan memicu rasa kekecewaan mendalam.

Bahkan sejak anak-anak mulai kuliah, walaupun masih sepenuhnya berada dibawah tanggungan orangtua, sudah dapat dirasakan adanya penolakan ketika diperlakukan seperti anak-anak. Kalau dulu, orangtua cukup mengatakan, "Minggu depan kita berangkat mengunjungi paman", maka tidak akan ada anak-anak yang berani membantah.

Kalau kini masih mencoba terapkan sistem komando, maka yakinlah orangtua akan kecewa. Karena boleh jadi anak-anak akan menjawab, "Saya tidak bisa ikut, karena ada reuni" atau "Aduh, ada teman ulang tahun, jadi saya tidak bisa ikut."

Terlalu Baper
Sebenarnya adalah hal yang sangat biasa ,bila anak yang sudah kuliah,memiliki agenda masing masing dan boleh menolak ajakan orang tua, Tetapi bagi orang tua yang terlalu Baper (Bawa Perasaan) akan menimbulkan rasa marah dan kecewa,karena merasa dirinya tidak lagi dihargai anak anak. Apalagi bila sang ayah yang  biasa dihormati dikantornya dan  sekarang  sudah pensiun,akan  merasa tidak diacuhkan sama sekali 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun