Mohon tunggu...
Rosa Ramadanti
Rosa Ramadanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blog Pribadi

The best things come from living outside of your comfort zone

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Mencapai Kesehatan Mental dengan Terapi Muhasabah Diri

17 Januari 2022   14:10 Diperbarui: 17 Januari 2022   16:51 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhasabah ialah segala kegiatan yang mencangkup perhitungan yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri tentang perbuatan yang sudah dilalui, yang sedang dijalani, dan perbuatan yang akan datang. Muhasabah juga dapat diartikan sebagai perenungan diri untuk menghitung apa yang telah kita lakukan sebelum Allah SWT. menghisab amal kita pada hari pembalasan. Merenung, melakukan intropeksi, mawas diri, kemudian melakukan perbaikan dan peningkatan prestasi semaksimal mungkin.

Muhasabah dalam Alquran dan Hadist, Allah  SWT  berfirman  dalam  Alquran  Surat  Al-Hasyr  ayat  18  yang menjelaskan tentang regulasi diri yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan  apa yang  telah diperbuatnya  untuk hari  esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". 

Ayat tersebut menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas  segala  tindakan  di  dunia,  sehingga  mendapatkan  keselamatan  di  akhirat. Manusia  sepanjang  hidupnya  harus  introspeksi  memperhatikan  apa  yang  telah diperbuatnya untuk kebaikan masa depan, dengan kata lain harus memiliki tujuan dan target, sehingga manusia memiliki hidup yang terarah dan tidak merugi.

Dalam proses dan teknik muhasabah sebagai terapi kesehatan mental dan menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari beberapa tahap. Diantaranya tahap membersihkan diri, pengembangan diri, dan penyempurnaan diri. Keterampilan dan kemampuan bermuhasabah tidak akan datang dan tumbuh dalam jati diri seseorang dengan sendirinya tanpa adanya suatu latihan-latihan. Menurut Al-Ghazali, ada enam syarat untuk melakukan Muhasabah yaitu, musyarathah (Penetapan Syarat), Muqarabah (Merasa Diawasi), Muhasabah (Intropeksi), Muaqabah (Sanksi), Mujahadah (Sungguh-sungguh), dan Muatabah (dicela).

Musyarathah sebagai tingkat pertama adalah penetapan syarat-syarat bagi diri sendiri, yaitu mengisi hari-harinya dan membagi waktu-waktunya dengan amalan berfaedah dan menjauhkan dari penyelewengan mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki

 Langkah kedua adalah Muqarabah yaitu pengawasan diri dengan keyakinan bahwa Allah SWT melihat semua yang dikerjakan seseorang. Selanjutnya meningkat ke tahap Muhasabah, yaitu memperhitungkan untung dan rugi dalam melakukan amalan bagi diri sendiri. Diantara perkataan yang menjadi dasar muhasabah adalah perkataan Umar bin Khattab yaitu "Perhitungkanlah, Perhitungkanlah kelakuanmu sebelum dimasukkan ke dalam timbanganmu".

Muhasabah dilakukan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang diperbuat sehingga dengan demikian timbul kesadaran dalam diri untuk melakukan muaqabatun nafs, yaitu menghukum diri sendiri. Muaqabah an-Nafs dilakukan sesuai keperluan, bila seseorang memakan makanan yang syubhat (meragukan), ia menghukum perutnya dengan menahan lapar beberapa waktu lamanya atau bila matanya melihat yang haram maka matanya dihukum tidak melihat apa-apa selama beberapa waktu.

Setelah muaqabah an-nafs, kemudian memasuki mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah. Dan tahap terakhir adalah mutabah, yaitu menyesali dan mengecam diri sendiri karena kekurangan dalam beribadah kepada Allah SWT. Muatabah diakukan dengan mengenali diri sendiri terlebih dahulu, karena dengan mengenal diri sendiri, seseorang dapat mengenal Tuhannya dan berharap mencapai jiwa yang sempurna (an-nafs al-kamilah) sebagai tingkat jiwa yang tertinggi.

Selanjutnya, ada latihan yang bisa diterapkan untuk membiasakan sikap Muhasabah sebagaimana disebutkan oleh Justin Parrot dalam artikelnya berjudul "How to be a Mindful Muslim: An Exercise in Islamic Meditation" sebagai berikut :

1. Pilihlah waktu dalam satu hari untuk menyendiri di tempat yang sepi. Sebagian orang memilih waktu sebelum subuh atau waktu shalat yang lain, sebelum bekerja atau setelah bekerja dan sebelum tidur. Tidak ada ketentuan waktu khusus untuk bermuhasabah. Seorang mukmin lebih mengetahui terhadap kondisi dirinya dibanding orang lain. Sehingga ia bisa bertindak kapan saja untuk bermuhasabah. 

Tetapi ulama menganjurkan untuk bermuhasabah pada malam hari ketika hendak tidur. Karena pada waktu tersebut yang paling pas untuk menghitung amal yang dilakukan pada hari itu. Imam Mawardi dalam kitab Adabad-Dunya wad-Din berkata, "Seorang mukmin hendaknya bermuhasabah pada malam hari terhadap pekerjaan yang dikerjakan pada siang hari. Karena waktu malam lebih menenangkan pikiran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun