Mohon tunggu...
Hidayatun Nafiah
Hidayatun Nafiah Mohon Tunggu... Penjahit - Mahasiswi

Reading is Hot, Writing is Cool.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kurang Apa?

29 November 2020   08:40 Diperbarui: 12 Februari 2021   10:55 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“eh, kok ngomong gituuu... nggak boleh Meg...”

“ya habisnya semakin dewasa aku ngerasa semakin susah hidupku... liat aja, daftar organisasi tingkat jurusan aja aku nggak keterimaaaaa....” aku menggenggam bantal kuat kuat. “aku kurang apaaa leeeeeeen???!!!”

Lena melepas rok mukena sambil tersenyum geli melihat tingkahku yang kekanakan. “enggak kok, Meg... Kamu nggak boleh bilang gitu, kamu nggak kurang cantik kok Meg.... mungkin kamu cuman kurang bersyukur, kurang istipar! hahaha” (Lena menirukan gaya Keanu ketika mengatakan “istipar”)

DEG!!!!

“...kamu cuman kurang bersyukur, kurang istipar!”

Satu kalimat lagi yang membuat hatiku merasa panas sore itu. kaliamat berbeda tetapi memiliki sensasi yang sama dan diucapkan oleh orang yang sama. Kali ini kalimat itu tak bisa tertampik oleh diriku karena ia langsung menembus hatiku.

“aku kurang bersyukur, kurang istighfar”

Sekali lagi, Lena benar.

*** *** ***

 Aku yakin kau juga pernah merasakan seperti yang aku rasakan. Merasa iri kepada seseorang tetapi justru orang itulah yang memberimu banyak kemajuan, dan kata-kata sederhananya, yang bahkan mungkin terucap tanpa ia niatkan mampu menyadarkan mu dari khayalan dan tidur panjang. Seketika itu, ku merasa mimpi-mimpiku  kini semakin terasa jauh tuk ku gapai. Selama ini aku terus mencari pembelaan agar aku tak mengambil langkah. Padahal, sebenarnya aku tau suatu saat nanti aku akan menyesal. Selama ini aku juga hanya terlalu fokus menilai hidup orang lain, sehingga aku lupa akan kubawa kemana hidupku nantinya.

 Sore itu di ambang pintu selepas mengiringi kepulangan Lena dari kost-ku, aku menyadari bahwa lena benar. Zona nyaman bukanlah tempat yang cocok untuk para pejuang. Aku seperti ditampar dengan keras. Seberapapun aku iri pada keberhasilannya, hatiku takkan bisa menolak fakta bahwa dia telah memberi banyak manfaat dalam hidupku, dalam diam maupun geraknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun