Aku masih memperhatikan poster itu.
“ini juga bisa nambah sertifikat buat memperkaya CV besok. Lumayan loh” Lena meyakinkanku lagi.
“kamu juga ikutan?” tanyaku kepada Lena, penasaran.
“enggak, aku sama organisasi dalam kampus yang sekarang aja udah sibuk.” Kenapa Lena tak ikut? Tapi kalau dia tak ikut, itu lebih baik buatku sebab peluang diterimanya aku akan lebih besar. Unless jika orang orang yang mendaftar program volunteering ini sama hebatnya dengan Lena. Huh, aku kembali ragu. “tapi itu kerjanya hari sabtu kok. jadi nggak ganggu kuliah” tambah Lena.
“apa? Sabtuu?!” sejujurnya aku tak suka berfikir keras atau bekerja keras di weekend. Bagiku weekend itu hari istirahat dari tugas tugas kuliah yang mematikan.
“iya... sambil weekend-an juga kan...” haduuh orang pinter sama orang goblog mah beda mindset dalam menyikapi weekend.
Aku menggaruk kepalaku menyodorkan handphone itu kepada pemiliknya.
“gimana? Ikutan yaaa” Lena menggenggam tanganku. Aku curiga ia memaksaku ikut program ini karena ia merasa tak enak begitu mengetahui aku tidak di terima di Organisasi Jurusan.
“hmm, ehe... insyaallah deh!” kataku dengan ragu. Sungguh aku ragu sebab aku tak tau bisakah aku menjadi mahasiswa produktif di hari sabtu?
“ayo dong ikutan! Ayok... tau kaan... zona nyaman itu tidak pantas untuk kita yang mendambakan cita cita yang agung!” Entah mengapa, mendengar perkataannya malah membuat hatiku merasa geram ‘ih, apaan sih, aku kesal dia bilang begitu. Gak usah sok ngatur aku, aku tau mana jalan yang baik untukku dan mana yang tidak. Aku nggak suka di ceramahin!’
Aku hanya menjawab permintaannya dengan senyuman. “iya ya.. okede ntar aku daftar...” dan mengatakannya dengan enggan.