“di tempat biasa ya, jam 2 an gimana? Ntar aku jemput ke kost-an mu deh...”
Aku menghela nafas. Batinku semakin bergemuruh ‘kenapa dia malah ngajak makan?!’
“hmm oke oke, aku free kok, siaapp... ntar kabarin lagi aja ya....” balasku. Kali ini tak ku lempar ponselku, kutimang timang ia dalam genggamanku.
Kebaikan Lena semakin membuatku iri kepadanya. Kenapa dia masih menganggapku teman? aku merasa aku adalah teman yang payah dan teman yang buruk untuknya. Seorang pesimis yang hanya akan membuat langkahnya tersendat karenaku. Tapi mungkin ini bukan tentang aku yang mengubahnya atau dia yang akan mengubahku. Ini tentang saling melengkapi dan saling menginspirasi.
*** *** ***
Mau seberapapun iri aku kepada Lena, aku tak bisa menolak permintaannya. Sungguh, dia adalah sahabat yang baik, dan kebaikannya itu tulus. Aku semakin iri padanya! Damn! she looks so perfect!
Siang itu setelah makan Mie Setan traktiran Lena di kedai favorit kami, Lena menunjukkanku sesuatu di dalam handphonenya.
“nih Meg, aku tuh kemaren ada nemu info Oprec Volunteer pendidikan gitu, nah syaratnya nggak terlalu berat, kok. Apalagi kan kamu pernah punya pengalaman mengajar dipondokmu dulu? Nah ini cocok banget, kali aja kamu tertarik, terus peluang keterimamu juga besar!” kata Lena bersemangat sambil menyodorkan handphonenya kepadaku.
Aku membaca poster itu dengan seksama. Benar kata Lena, syaratnya tidak terlalu sulit untukku. Tapi kemudian aku teringat kegagalanku yang lalu, kegagalan itu masih menyisakan rasa sakit dan trauma yang membuatku takut untuk melangkah lagi.
Bibirku berkerut dan bergerak ke kanan dan ke kiri. Lena masih memperhatikanku, menunggu jawaban.
“ikutan ya?” tanya Lena.