Mohon tunggu...
rosa farras
rosa farras Mohon Tunggu... -

I am a mother of 9mo son..interested in writing,blogging,children education,cooking,reading

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Am I Overeacted?

21 Januari 2011   14:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


pertanyaan itu diajukan tetangga saya, saya pun bingung jawabnya apa. masalahnya anaknya yang berumur 2 tahun gemar sekali memukul Farras, saya si lama-lama tersinggung, tapi tak sampai hati menghukumnya (karena bukan anak saya plus saya bukan pecinta kekerasan). akhirnya tetangga saya itu melempar anaknya dengan biji salak, si anak meringis kesakitan. semua omongan kasar-kasar sepertinya sudah pernah didengar anak itu, emaknya yang sedang hamil selalu dikerjai saban hari. entah kenapa si anak makin menjadi-jadi nakalnya menjelang kelahiran adiknya. pernah suatu saat dikurung di kamar mandi, dipukul, dikatai kasar. saya tak sampai hati mendengarnya. Anak mungkin tidak bersalah, tetapi orang tua terlalu capek mengurusi, malu karena anak nakal pada anak tetangga. saya pun kadang kesal dengan Farras, karena susah makan, mandi pun tidak bisa anteng, badannya meliuk-liuk seperti lele, saya kadang nyeplos dengan suara meninggi, setelah itu saya merasa bersalah dan meminta maaf (sekalipun Farras masih bermuka masam dan mungkin belum paham dengan permohonan maaf saya). suami saya  menasehati tetapi yang saya dengar seperti menghakimi. saya hanya khawatir, am i overreacted? saya khawatir Farras kurang gizi karena susah makan, saya khawatir farras akan celaka saat mandi dan semua kekhawatiran yang sesekali menjelma menjadi kekesalan atau kemarahan semu. begitu juga dengan tetangga saya, dia khawatir anaknya membahayakan orang lain, dia khawatir anaknya mempermalukan dirinya, dan kekhawatiran lain. apakah perasaan marah dan kesal seorang ibu itu bukan sesuatu yang wajar?
saya teringat seorang sahabat kecil saya di banyumas, yang memiliki 3 orang anak, karena tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga, suaminya minggat dari rumah. terpaksa sahabat saya ini mencari nafkah, mengurusi rumah, dan anaknya seorang diri. ketika bertemu dengan saya wajahnya tertunduk malu, malah kadang-kadang seperti menghindar. mungkin dia malu pada saya, atau dia memiliki setumpuk masalah yang dia ingin bagikan. saya ingin sekali membantunya, tetapi belum lama saya kembali, saya mendengar dari ibu saya bahwa teman saya meninggalkan ketiga orang anaknya, alasannya dia bekerja dliuar negeri untuk mencari uang, ternyata tiada kabar berita. sahabat saya menghilang, isu terakhir sahabat saya itu menikah lagi. benar-benar nelangsa mendengar kisahnya. setelah saya punya anak saya menyadari bahwa ibu juga seorang manusia yang punya rasa lelah, jenuh, marah, kesal, seandainya suami sahabat saya itu tidak mneinggalkan isteri dan anaknya, munngkin sahabat saya akan lebih tegar menghadapi hidup yang serba kekurangan. tetapi dia hanyalah manusia biasa yang ingin sedikit bersenag-senang. ingin kesendirian disela-sela rutinitasnya, ingin berbahagia dengan kesendiriannya. semuanya tidak pernah ia dapatkan. dan mungkin menjadi wajar kemudian dia menjadi nekat. semoga sahabat saya ini tidak menyesali kenekatannya.
dan saya banyak belajar untuk terus mensyukuri hidup ini, lebih bersabar. Tuhan memberikan pelajaran berharga pada saya agar saya amanah dalam merawat anak. saya selalu berdoa agar farras emnjadi manusia berguna bagi agamanya, keluarga dan bangsanya. mungkin ini salah satu petunjuk dari Tuhan agar saya menjadi ibu yang bijaksana dan sabar sehingga bisa mendidik Farras dengan benar.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun