Mohon tunggu...
Roqi Stone
Roqi Stone Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Generasi Audio Visual

30 Januari 2018   23:41 Diperbarui: 1 Februari 2018   22:55 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini ideologi sering kali di hubung-hubungkan dengan aksi aksi yang menentang kebijakan, mengapa hal tersebut terjadi karena kebijkan yang di anggap oleh masyarakat umum suatu ketidak adilan yang hanya menguntungkan beberapa golongan saja, tentunya bukan itu maksud dan tujuan di buatnya kebijakan pemerintah, namun tidak dapat dipungkiri juga adanya kepentingan kepentingan dibalik dibuatnya kebijakan.

Apa yang diinginkan pemerintah selalu tidak sejalan dengan apa yang diinginkan rakyat, alasanya biasa diambil dari beberapa perspektif. Perspektif rakyat contohnya rakyat berpikiran bahwa pemerintah hanya membuat kebijakan yang tidak pernah adil bagi rakyat hanya menjadikan yang kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin saja, rakyat tidak pernah bisa merasakan bagaimana jika dalam posisi pemimpin dalam menentukan kebijakan, bukan berarti pemerintah selalu benar, kerapkali korupsi terjadi setiap adanya proyek yang diselenggarakan pemerintah, contohnya E-KTP, hambalang, BI dan masih banyak yang lainya ini karena karakter dari pemimpin yang buruk dan tidak pada tempatnya. Tapi sekalipun itu sudah terjadi selalu saja pejabat yang terkait selalu selamat dari penghukuman.

Rezim, inilah yang menjadi pengatur, penguasa, adidaya dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga setiap terjadi korupsi yang terciduk selalu di bersihkan bahkan diselamatkan oleh rezim yang sedang berkuasa pada saat itu, sistem premanisme yang setiap rezim lakukan dalam menjalakan aksinya, tiap tiap perwakilan pertai atau kelompok di tugaskan pada proyeknya masing masing untuk di perah pundi pundi keharaman yang dibagikan untuk anggota partai, fenomena inilah yang dewasi ini telah berlangsung diindonesia sejak belanda masih bersarang di negeri ini.

Jika kita pikirkan dan memperhatikan kebijakan antara di negeri kita dan luar sangat ironis hasilnya. Contohnya saja di negeri Paman Sam larangan untuk menonton saluran dewasi bagi anak di bawah umur, jadi di saat pembelian televisi di negeri adidaya itu pertama tama di data terlebih dahulu sebelum dibeli, siapa yang nantinya akan memegang remot TV, sehingga oleh pihak TV di seting agar saluranya hanya untuk anak di bawah umur saja, kebalikanya diindonesia, anak bebas menonton apa saja yang ada di TV mau itu sinetron dewasa yang kurang mendidik

film yang memperlihatkan kekerasan, dan masih banyak lagi, walaupun jam tayangnya sudah di atur sedemikian rupa agar anak anak tidak bias menontonya tetap saja kurang efektif dan yang terjadi malah semakin memburuk. Ada pula tentang lembaga sensor di Indonesia yang mensensor atau memburamkan hal hal yang tidak perlu dan malah menumbuhkan ke ingin tahuan anak, yang ingin membaiki malah semakin buruk, sedang di Amerika jika ada adegan yang kurang mendidik bukan di sensor atau pun dipotong tapi di hilangkan dari saluran TV tersebut. Ironis sekali dimana negara demokrasi, negara hokum tapi malah tidak lebih disiplin dan baik dari pada negara yang notabene bebas atau liberal.

ini menjadi atensi bagi remaja sekarang karena mengutip dari presiden pertama Indonesia "perjuanganku mudah karena melawan penjajah, perjuangan mu akan sangat sulit karena harus melawan bangsamu sendiri" ini yang menjadi tuntutan remaja sekarang pada periode kepemimpinan selajutnya, akankan membaik atau akankah semakin memburuk.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun