Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Matematika, Sebuah Problematika yang Tak Kunjung Usai

13 Juni 2021   08:50 Diperbarui: 15 Juni 2021   12:51 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:seputarpengetahuan.co.id

Dalam mempelajari matematika, seorang peserta didik dituntut memiliki kecerdasan numerik yaitu kecerdasan dalam menggunakan angka-angka dan penalaran (logika) serta memecahkan masalah secara logis. 

Di sinilah yang menjadi pangkal masalahnya. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam melakukan operasi hitung matematika dan penalaran logis lainnya. 

Bisa jadi salah satu penyebabnya adalah adanya miss Komunikasi antara kemampuan bahasa seorang peserta didik dengan bahasa yang digunakan oleh guru yang mengajar. 

Pelajaran matematika identik dengan simbol-simbol bilangan, yang seharusnya permasalahan ini diberikan kemudian, setelah peserta didik memahami bentuk konkret yang menjadi objek pembicaraan.

Kecerdasan verbal atau kecerdasan menggunakan bahasa (linguistik) menjadi penting bagi seorang peserta didik. Kecerdasan ini dapat distimulasi melalui kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan cerita. 

Dengan kecerdasan verbal yang baik, seorang peserta didik bisa berdiskusi dengan luwes, menyampaikan pendapat dengan bahasa yang relevan dengan situasi dan kondisi, membuat laporan dan kesimpulan secara akurat, juga memahami perintah dengan tepat. 

Kecerdasan verbal pada dasarnya mulai  pertama kali didapat seorang peserta didik dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan penting dalam mengembangkan kecerdasan verbal. 

Seyogyanya, sejak dini para orang tua sudah melatih kecerdasan verbal anak-anaknya dengan sering membacakan cerita atau dongeng pengantar tidur untuk mereka, membuka ruang "ngobrol santai' dengan mereka. 

Sehingga dikemudian hari, hal ini akan menjadi 'tabungan' ribuan perbendaharaan kosa kata yang akan dimiliki seorang anak ketika ia masuk usia anak-anak dan remaja.

Dalam pembelajaran matematika, Seorang guru semestinya tidak hanya semata-mata memberikan permasalahan kepada peserta didiknya berupa soal-soal matematika secara tekstual, tetapi lebih kepada permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Seorang guru matematika harus sudah mengarahkan pembelajarannya  kepada kemampuan literasi matematika.

Dalam PISA (2012) literasi matematika diartikan sebagai kapasitas individu untuk memformulasikan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Hal ini meliputi penalaran matematik dan pengunaan konsep, prosedur, fakta dan latihan matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Hal ini menuntun individu untuk mengenali peranan matematika dalam kehidupan dan membuat penilaian yang baik dan pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang konstruktif, dan reflektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun