Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tetap Istiqomah Pasca Ramadhan

19 Mei 2021   11:57 Diperbarui: 19 Mei 2021   12:27 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kabar12.com

Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita semua. Begitu banyak pelajaran berharga yang kita lalui selama satu bulan penuh. Beragam amal ibadah kita lakukan, baik yang wajib maupun yang sunah. Mulai dari sholat fardhu lima waktu secara berjamaah, sholat tarawih dan witir, membaca Al Qur'an, shodaqoh, sampai membayar zakat fitrah. Semua kita lakukan demi menggapai ridho Allah SWT dan mencapai derajat tertinggi sebagai hamba Allah yang bertakwa (Muttaqiin).

Ramadhan merupakan wahana latihan bagi kita untuk dapat melakukan beragam ibadah yang mungkin selama ini sulit kita lakukan. Dengan beragam kemulian yang Allah berikan pada Ramadhan, pada akhirnya banyak di antara kita yang mampu melakukan ibadah-ibadah tersebut, baik merasa ringan maupun berat.

Namun, pertanyaannya adalah: "Apakah semangat Ramadhan masih kita miliki pasca Ramadhan meninggalkan kita?"

Di sinilah letak perjuangan sesungguhnya di mulai. Ramadhan"hanyalah" bulan latihan. Di mana di dalamnya kita "dimanjakan" dengan beragam fasilitas dan janji pahala yang berlipat ganda dibandingkan bulan lainnya. Bisa jadi, beragam stimulus pahala yang Allah janjikan, hanya sebagai upaya untuk menarik orang-orang yang telah lalai selama ini sehingga melupakan-Nya. Hal ini tak ubahnya seperti seorang ibu yang memanggil pulang anaknya dengan iming-iming hadiah agar anaknya segera pulang dan mematuhi pesan dan perintah dari ibunya.

Tidak ada yang salah dengan sikap sebagian orang yang mendasari kepatuhannya untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan mengharap pahala dan khawatir akan siksa-Nya. Namun, sikap ini seyogyanya terus berkembang dan meningkat menjadi sebuah kesadaran kehambaan yang totalitas dalam mengabdi hanya kepada Allah. 

Tujuan dari segala ibadah yang kita lakukan adalah menggapai ridho dan kecintaan dari Allah SWT serta diakui sebagai hamba-Nya. Sementara pahala dan surga bukanlah tujuan, tetapi merupakan buah dari pelaksanaan ibadah yang kita lakukan sebagai salah satu wujud keridhoan Alah SWT.

Sebagai orang yang beriman, kita berupaya tetap istiqomah melakukan ama-amal sholeh pasca Ramadhan. Karena pada hakikatnya, kita adalah hamba-hamba Allah dan bukan hamba-hamba Ramadhan. Sekalipun Ramadhan telah pergi meningalkan kita, tetapi Allah SWT akan tetap terus ada dan tidak akan pergi meninggalkan kita, selama kita terus mengingat-Nya dalam segala keadaan.

Memiliki sikap Istiqomah bukanlah perkara yang mudah. Istiqomah (istikamah) yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Secara umum dapat kita artikan bahwa istiqomah adalah sebuah sikap teguh pendirian untuk terus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara konsisten, yang dilakukan secara rutin tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW diterangkan bahwa: Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku berkata, Wahai Rasulullah, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda! Beliau menjawab: Katakanlah, aku beriman, lalu istiqomahlah". [HR Muslim, no. 38; Ahmad 3/413; Tirmidzi, no. 2410; Ibnu Majah, no. 3972].

Orang-orang yang sukses dalam menjalankan segala amal sholeh selama bulan Ramadhan, memiliki peluang besar untuk tetap istiqomah menjalankan amal-amal sholeh tersebut pasca Ramadhan. Syaratnya adalah segala amal ibadah yang telah ia lakukan, dilandasi oleh iman dan semata-mata mengaharap ganjaran pahala dari Allah SWT.

Sikap istiqomah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Secara vertikal, seseorang yang istiqomah akan terus menjaga hubungannya dengan sang Khaliq dan berusaha untuk senantiasa dekat (taqorrub) dengan-Nya. Esensi dari dimensi vertikal ini kemudian diejawantahkan dalam dimensi horisontal dengan terus menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk Allah, baik manusia, hewan, dan alam sekitar.

Seseorang yang telah sukses menjalani Ramadhannya, akan memiliki sikap murah hati, gemar membantu saudara-saudaranya yang mengalami kesusahan, mampu menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, serta menyukai segala macam bentuk kebajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun