Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maulid Nabi: Momentum untuk Tegakkan Kembali Peradaban Umat Islam

1 November 2020   09:10 Diperbarui: 1 November 2020   09:22 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Tirto.id

Setiap tahun, tepatnya ketika memasuki bulan Robi'ul Awwal, mayoritas umat Islam di dunia memperingati peristiwa besar kelahiran nabi yang mulia, yaitu Nabi Muhammad SAW. Sudah begitu banyak nasihat dan peringatan yang telah disampaikan oleh banyak penceramah maupun para asatidz setiap kali momentum ini hadir.

Namun, sepertinya esensi dari peringatan tersebut belum terpatri dan mewujud dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperingati Maulidnya nabi Muhammad SAW, seharusnya tidak hanya sekedar rasa cinta kita meningkat terhadap beliau, namun juga harus dilanjutkan kepada usaha besar mewujudkan kembali peradaban agung ummat Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh beliau lima belas abad silam.

Salah satu musibah terbesar ummat Islam saat ini adalah hilangnya kebanggaan dan kepercayaan diri mereka terhadap Islam sebagai agama yang paripurna. Saat ini, Islam hanya dipraktikkan dalam perkara-perkara yang sifatnya ritual dan terkesan dogmatis, tanpa adanya penjabaran ke dalam berbagai dimensi kehidupan.

Peradaban agung yang pernah digapai oleh generasi orang-orang shaleh terdahulu dianggap hanya sebagai sejarah masa lalu tanpa makna yang mendalam. Padahal dalam peristiwa sejarah seyogyanya banyak perkara yang dapat dijadikan ibroh atau pelajaran bagi sejarah perkembangan manusia di masa yang akan datang.

Kejayaan peradaban Islam itu hanya disikapi tak lebih sebagai nostalgia indah yang menjadi dongeng turun temurun, seolah ia tak punya hubungan dengan kehidupan sekarang. Banyak orang  mengaku beriman dan berIslam, tetapi sekaligus masih ragu dengan Al Qur'an sebagai sumber petunjuk Ilahi. Di mana seharusnya Al Qur'an menjadi panduan hidup sehari-hari.

Dari hilangnya sikap bangga dan percaya diri terhadap nilai-nilai Islam tersebut, maka akibatnya berdampak terhadap adanya alienasi atau keterasingan sebagian ummat Islam terhadap agamanya sendiri.

Sebagian mereka menjadi silau dengan segala budaya dan ilmu pengetahuan yang datang dari Barat dan di luar Islam. Padahal banyak dari budaya-budaya tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan pada hakikatnya bertentangan dengan nilai-nilai fitrah kemanusian. 

Bahkan sampai pada keadaan yang cukup parah yaitu terjangkitnya penyakit Islamophobia yaitu membenci agama Islam padahal dirinya mengaku muslim hanya untuk mempertahankan apa yang menjadi kebanggaan dan egoisme dirinya.

Bagi seorang muslim keadaan tersebut tak boleh dibiarkan bersemayam dalam pikiran apalagi hatinya. Untuk itu ia harus berubah dan beranjak dari kondisi tersebut, setidaknya dengan tiga solusi berikut ini:

Pertama: Membangun ilmu yang mapan melalui kegiatan gemar membaca

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun