Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peranan Manusia dalam Perubahan Iklim Global

18 Agustus 2020   21:10 Diperbarui: 19 Agustus 2020   22:32 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tirto.id

Peranan manusia di alam semesta cukup menentukan, karena manusialah satu-satunya makhluk yang paling sempurna dan dikarunia Tuhan akal pikiran. 

Dengan akal pikirannya manusia dapat menciptakan alat-alat teknologi yang dapat memudahkannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penggunaan alat-alat teknologi serta mesin-mesin produksi selain bernilai manfaat terhadap kehidupan manusia, adakalanya juga berdampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan bahkan dapat menyebabkan perubahan iklim secara global.

Iklim adalah rata-rata cuaca pada suatu daerah tertentu di waktu tertentu. Iklim dapat berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponen ekosistem dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Aktivitas manusia ditengarai menjadi pemicu dasar perubahan iklim global saat ini. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai gejala yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia. 

Para ilmuwan sepakat bahwa sebagian besar kerusakan lingkungan (seperti hutan gundul, kekeringan, air laut naik , dan gunung es mencair)  merupakan akibat ulah manusia. Aktivitas manusia sehari-hari seperti: mengendarai kendaraan bermotor, pembuangan sampah, penggunaan CFC pada lemari es dapat menjadi pemicu meningkatnya pemanasan global.  

Pemanasan global yang merupakan penyebab utama perubahan iklim dapat dihambat melalui sebuah "gerakan bersama" yang dilakukan oleh seluruh umat manusia pada setiap lini kehidupan. Untuk memulai sebuah perubahan besar ini, harus digerakkan oleh sebuah organisasi yang efektif yang memiliki kelengkapan-kelengkapan alat dan sarana. Organisasi yang paling efektif dan memiliki segala kelengkapan itu bernama negara. Negara harus menjadi fasilitator gerakan "hijaukan bumi" dengan seperangkat peraturan dan kelengkapan infra struktur dan supra strukturnya.

Sebuah "gerakan bersama" tidak cukup kalau hanya bersifat top down, namun harus didukung oleh semua elemen. Keluarga -sebagai komponen masyarakat terkecil- merupakan awal penanaman nilai-nilai kecintaan terhadap lingkungan, kemudian diperkuat oleh tata nilai yang diajarkan di sekolah, dan lingkungan masyarakat dapat menjadi contoh sekaligus penerapan dari nilai-nilai dan norma yang di dapat di keluarga dan sekolah.

Sekolah dapat mengambil peran dalam mengurangi dampak terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Hal ini bisa dimulai dari penetapan visi dan misi sekolah yang "berwawasan lingkungan". 

Indikatornya adalah sekolah tersebut harus mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman serta mampu menumbuhkan inisiatif warga sekolah terhadap penghijauan sekolah. 

Semua warga sekolah harus terbiasa dengan pola hidup bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan merawat tanaman yang ada di lingkungan sekolah. 

Penghijauan lingkungan adalah hal yang paling efektif untuk menciptakan lingkungan yang sejuk, karena dengan banyaknya tumbuhan maka karbon dioksida di udara akan diserap oleh daun-daun tumbuhan dan tumbuhan tersebut akan mengeluarkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. 

Dalam skala yang lebih besar harus ada reward atau kompensasi terhadap negara-negara yang mampu merawat dan menjaga hutannya dan punishment atau sanksi terhadap negara-negara yang telah melakukan deforestasi atau pengrusakan hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun