Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masihkah Predikat Taqwa Melekat Pasca Ramadhan?

13 Juni 2020   19:31 Diperbarui: 13 Juni 2020   20:04 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berbagai nikmatNya kepada kita semua, baik nikmat yang dapat dilihat maupun yang tak terlihat, di antara nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat sehat wal Afiat sehingga kita dapat melaksanakan berbagai aktifitas kita dengan lancar di tengah masih belum redanya musibah Pandemi Covid 19 ini.

Sudah hampir tiga pekan, Ramadhan meninggalkan kita semua. Begitu banyak pelajaran dan penggemblengan karakter yang kita ikuti selama Ramadhan. Baik itu yang sifatnya kesholehan individu maupun kesholehan sosial. Puasa yang kita lakukan tidak hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga menahan segala hal yang dapat merusak pahala puasa seperti berkata dusta, menggunjing, memfitnah, dan perkataan buruk lainnya. Sholat tarawih yang kita laksanakan di malam hari sebagai bukti ketaatan dan kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya juga tidak sekedar ritual namun juga bisa membawa hasil berupa terhindarnya hati, pikiran, dan perbuatan kita dari perkara-perkara yang keji yang dapat merusak diri sendiri dan perkara-perkara munkar yang dapat merusak dan merugikan orang lain. Di samping itu pelaksanaan tarawih di masa pandemi tahun inipun dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan seorang ayah karena ia menjadi imam sholat dirumahnya dan menambah keharmonisan hubungan antar anggota keluarga.

Banyak di antara kita sudah memahami bahwa tujuan akhir dari puasa Ramadhan dan ibadah-ibadah di dalamnya adalah untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertaqwa.

Lantas apa indikator seseorang dikatakan telah berhasil dalam melaksanakan puasanya?. Paling tidak ada beberapa indikator orang bertaqwa menurut Q.S Ali Imran(3):133-135. 

1. Senantiasa berinfak baik dikala lapang maupun sempit. Orang-orang yang benar-benar puasa karena landasan iman dan berharap semata kepada Allah, maka setelah keluar dari Ramadhan maka ia akan menjadi pribadi yang gemar berinfak dan shodaqoh. Walaupun terkadang keadaan dirinya bukanlah orang yang berkelebihan, namun hatinya mudah terketuk manakala ia mendapati orang-orang yang berada dalam kesusahan.

2. Dapat menahan amarah. Para alumni Ramadhan akan memiliki karakter yang mampu menahan dan mengendalikan amarah. Ia tidak akan mudah tersulut emosinya, apalagi kalau hanya menyangkut hal-hal yang sepele dan bersifat pribadi.

3. Mudah memaafkan kesalahan orang lain. Berjiwa pendendam bukanlah karakter orang yang bertaqwa. Sebagai orang yang telah digembleng sebulan penuh selama Ramadhan, berjiwa pemaaf adalah menjadi ciri orang-orang yang bertaqwa. Terkadang memaafkan itu lebih sulit dari meminta maaf, namun tidak demikian dengan orang yang benar-benar lulus dan menjadi alumni terbaik Ramadhan.

4. Senantiasa berbuat kebaikan. Hal ini adalah sesuatu yang harus terus dijaga dan dilakukan pasca Ramadhan. Berbuat kebaikan tidaklah berhenti sebatas mengejar pahala berlipat ganda, namun ia adalah wujud rasa syukur  seorang hamba kepada Tuhannya.

5. Segera mohon ampun kepada Allah jika melakukan kesalahan. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kesucian hati dan pikiran sehingga senantiasa berada pada fitrahnya. Secara fitrah manusia adalah lebih cendrung kepada hal-hal yang baik, mencintai kebaikan, dan senang berada di tengah orang-orang yang baik.

Inilah beberapa hal yang yang sudah semestinya tetap kita laksanakan dan menjadi kebiasaan baik kita setelah Ramadhan. Apalagi saat ini kita dihadapkan pada sebuah ujian atau musibah berupa Pandemi Covid 19 yang belum kunjung usai. Dibutuhkan sikap empati dan kepedulian bagi orang-orang yang diberi amanah kelebihan harta untuk dapat membantu meringankan beban hidup mereka yang terdampak langsung akibat pandemi ini. Selain itu kita juga harus bijaksana dalam menyikapi setiap berita, tidak mudah tersulut emosi tanpa terlebih dahulu mengecek kebenaran berita tersebut. Tentunya sikap pemaaf harus kita kembangkan, tidak lantas marah ketika dikritik atau dihina. Kita harus jadikan kritikan, hinaan, maupun pujian itu semua semata adalah informasi berharga yang tak akan menjadikan diri kita lupa daratan.

Semoga predikat Taqwa dapat terus melekat pada diri kita,  dengan terus menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun