Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Panjang Berliku Seorang Pembelajar

1 Desember 2019   20:30 Diperbarui: 29 Februari 2020   16:42 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Indonesia

Sebut saja namanya Royan. Ketika itu usianya sekitar 19 tahun. Ia baru saja lulus sekolah di salah satu SMU negeri di pinggiran ibu kota. Selayaknya remaja seusianya yang baru lulus SMU (sekarang SMA) ia berkeinginan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi negeri. Banyak di antara teman-teman sekelasnya bahkan satu sekolahnya yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri ternama, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Pajajaran (Unpad), dan lain sebagainya. Atas saran dari guru Bimbingan Konselingnya, Royan diarahkan agar tidak mengikuti jejak teman-temannya, namun ia diarahkan untuk mendaftarkan diri ke IKIP Jakarta (sekarang UNJ) yang pada saat itu bukanlah perguruan tinggi favorit bagi mereka yang mendapat peringkat 10 besar di kelasnya.

Akhirnya iapun berencana mendaftarkan dirinya ke IKIP Jakarta melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Royanpun menceritakan niatnya ini kepada ibunya sementara ayahnya telah tiada 3 tahun yang lalu ketika ia masih duduk di bangku SMP.

Dukungan yang ia harapkan dari ibunya ternyata hanya tinggal angan-angan semata. Ibunya tidak merestui ia untuk melanjutkan kuliah dengan alasan tidak ada biaya. Royan merasa sangat sedih dan terpukul atas kejadiaan ini. Usahanya untuk membujuk ibunya sia-sia.

Sampai pada akhirnya ia bertemu dengan guru matematikanya tatkala masih di SMP dahulu. Sang gurunya tersebut memotivasi dan menyemangatinya agar terus mengejar cita-citanya untuk kuliah sebagai calon guru di IKIP Jakarta.

Singkat cerita,Royanpun mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dengan pilihan pertama Program Studi Pendidikan Matematika dan kedua Pendidikan Biologi di IKIP Jakarta.

Waktu yang ditunggu-tunggupun tiba. Saatnya ia melihat pengumuman kelulusan di salah satu pusat informasi di bilangan Jalan Salemba Raya. Setelah sekian lama ia memperhatikan sederet nama di papan pengumuman, akhirnya ia menemukan nama dirinya tertulis di antara ratusan nama yang ada. Namun kegembiraannya tidaklah maksimal karena ia diterima di pilihan keduanya yaitu Program Studi Pendidikan Biologi bukan di Pendidikan Matematika.

Dengan setengah hati akhirnya iapun menerima takdir ini dan memilih tetap kuliah di Program Studi Pendidikan Biologi. Namun perjalanan hidupnya untuk kuliah ini terasa berat, karena sebab utamanya sang ibu tidak juga merestuinya untuk kuliah, bahkan sang ibu sampai terbaring sakit memikirkan Royan agar tidak kuliah. Hari-hari dilalui Royan dengan berat. Sering kali ia berangkat kuliah tanpa membawa uang sama sekali, sehingga ia harus membuang rasa malunya untuk sekedar menumpang bus agar sampai ke kampus. Setibanya di kampus dan selesai kuliah, sering waktu istirahatnya diisi dengan membaca Al qura'an sambil menahan lapar karena belum makan siang. Bahkan untuk minum saja ia harus minum air kran tatkala berwudhu.

Terkadang ia menyampaikan keluhannya kepada ibunya, bahwa ia sangat capek dan lelah setiap pulang kuliah. Namun bukan kata-kata hiburan dan semangat yang ia dapatkan, justeru kata-kata yang membuatnya malah down dan frustasi.

Tanpa terasa waktu berjalan, sudah hampir dua tahun Royan kuliah, namun nilai IPKnya hanya dua koma. Selama kuliah dia harus isi waktu malamnya untuk mengajar les privat untuk sekedar menambah tansport kuliahnya. Itupun yang ia ajarkan bukan mata pelajaran Biologi, tetapi Matematika, Fisika, dan Kimia tingkat SMP/SMA.

Suatu peristiwa yang tidak diharapkan pun terjadi, ibu Royan akhirnya meninggal dunia setelah sekitar 2 tahun lamanya menderita sakit. Ia sedih karena sudah tidak punya lagi kedua orang tua, namun ia berusaha tetap tegar apalagi ia adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ia bertekad harus tetap kuliah dan menjadi seorang guru.

(Bersambung...)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun