Mohon tunggu...
NoVote
NoVote Mohon Tunggu... Guru - Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suku Dayak Sudah Dukung Ahok di IKN Baru

12 Maret 2020   13:09 Diperbarui: 13 Maret 2020   09:39 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar harianhaluan.com

Suku dayak Kalimantan banyak di kenal orang ketika peristiwa kerusuhan etnis di Sampait 2001. Perseteruan antara suku Madura dan Suku Dayak. Sejarah kelam yang siapa pun warga bangsa ini tak ingin hal ini terjadi.

Kebiasaan tinggal di pedalaman, memanfaatkan sumber alam yang ada disekitarnya. Semakin hari semakin tersisih ke pedalaman karena pesatnya pembangunan.

Dahulu, mereka tinggal dalam hutan di pesisir sungai. Hasil alam di sungai cukup untuk memenuhi gizi. Ikan sungai sangat mudah ditemukan. Berburu binantang liar di hutan dapat dengan mudah mendapatkan ayam hutan, babi hutan, pelanduk, kijang, menjangan, dan sebagainya.

Menggunakan hutan lebat kemudian ditebang dan dijadikan lahan pertanian. Selama setahun hanya sekali memanam padi. Setelah panen, mereka berpindah ke lahan baru. Tak mengherankan ketika lahan berpindah menjadi kegemaran mereka. Mengingat penebangan hutan atau belukar baru aman bagi tanaman padi.

Setelah menebang hutan secukupnya mereka membakarnya, kemudian bibit ditugal. Setelahnya tak ada perawatan sama sekali. Ketika padi sudah menguning baru dipanen. Dan hasil panennya cukup untuk makan selama setahun.

Bagi suku dayak, hidup sederhana adalah tabiat mereka. Kekeluargaan yang amat tinggi. Saling mengasihi dan membantu sesama suku.

Karena kondisi alam yang kini tak menentu menyebabkan perlahan-lahan suku dayak berbaur dengan masyarakat umum.

Generasi muda dayak sudah mengenal sekolah. Tak sedikit yang kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan. Bahkan banyak yang menjadi guru dan dosen di samping pekerjaan di sektor lain.

Walau begitu, suku dayak masih menghargai leluhur mereka. Dalam kebiasaan hidup sehari-hari suku dayak tetap menganut kepercayaan pada leluhur dan mahluk gaib. Sangat kental dengan mistis menyebabkan suku dayak percaya diri.

Eksistensinya di kalangan masyarakat biasa, bukan ingin untuk ditakuti. Pengalaman Sampit membuktikan bahwa kesabaran memang sudah pada tingkat batas toleransi. Sebelumnya mereka sangat baik hati dan bermurah hati pada siapa pun yang datang ke perkampungan mereka.

Ketika mereka membulatkan tekad untuk mendukung Ahok, berarti memang ada yang lebih dari sosok Ahok menurut mereka.

Seperti dirilis harianhaluan.com, menyebut salah satu akun Facebook, pada 5 Maret 2020, menyebarkan narasi dukungan terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Dengan narasi unggahan akun itu: "SUKU DAYAK DUKUNG AHOK FULL UNTUK CEO IKN, SUKU LAIN GMN??"

Unggahan itu telah meraup 399 komentar dari pengguna lain Facebook, disukai 2.400 akun lain, dan dibagikan ulang hingga 115 kali.

Walau akhirnya diklarifikasi bahwa foto yang diambil menunjukkan peristiwa yang berbeda. 

Suku dayak bukan pemilik Kalimantan. Namun mereka adalah penduduk asli kalimantan. Mereka mengerti betul tanah kelahiran dan adat kebiasaan yang berkembang di masyarakatnya.

Kita tak bisa menapikan adanya aslimilasi penduduk pendatang dengan penduduk asli. Tetap saja penduduk asli merasa bahwa tanah bumi pertiwi kalimantan menjadi tanggung jawab suku dayak.

Cinta tanah air dengan mencintai suku yang telah turun temurun dari generasi ke generasi juga layak untuk dihormati.

Walau kita juga tahu bahwa dukungan suku dayak terhadap Ahok untuk memimpin IKN bukanlah bentuk tekanan pada Pak Jokowi. Namun mempertimbangkan dukungan suku dayak pada Ahok layak dipertimbangkan.

Semua keputusan penuh tetap saja ada di tangan presiden selaku pemegang hak prerogatif. Semoga yang terbaik untuk IKN baru. Jayalah Indonesiaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun