Saya pernah memperhatikan kehidupan kucing peliharaan saya. Maklum kucing adalah binantang yang sangat saya sukai.
Di rumah tinggal setidaknya ada lima hingga enam kucing. Mereka bebas datang dan pergi. Pokoknya kalau ada kucing di dekat rumah. Jika waktunya makan, pasti diberikan. Biasanya pagi hari sekali dan sore menjelang malam sekali.
Dari pengamatan bertahun-tahun yang pernah saya lakukan, menunjukkan bahwa kucing yang ketika kecil dan mudanya sering di hajar oleh kucing dewasa atau kucing penguasa pada saatnya tiba dia dewasa akan menggantikan kelakuannya.
Saya jadi berpikir, jangan-jangan kehidupannya memang disiapkan untuk jadi panghajar juga. Makanya ketika kecil dibekali bagaimana rasanya dihajar orang lain.
Kesiapan mental dan fisik sudah tahan banting. Dan balas dendam pun berlangsung.
Ini cerita tentang kucing. Bagaimana dengan manusia. Kasus kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan seksual pada masa lampau mampu mengakibatkan balas dendam pada dirinya?
Kasus-kasus kekerasan, baik kekerasan fisik dan kekerasan seksual banyak terjadi karena pelaku dahulunya adalah korban.
Dari contoh-contoh yang terungkap pada kasus kekerasan di pengadilan menyatakan bahwa masa lalu yang kelam melahirkan tindak kejahatan yang lebih kejam.
Seperti kasus sodomi. Mereka yang pernah menjadi korban sodomi biasanya akan menjadi pelaku. Ada motif balas dendamkah? Atau ketika seorang perempuan mengalamai kasus perkosaan, bagaimama bentuk balas dendamnya?
Walau tak berlaku umum, namun sebagian besar dalam diri korban tertanam perasaan akan membalas dendam. Tinggal peluang dan kemampuan saja yang menjadikannya pelaku pada waktu yang akan datang.
Berkaca dari kasus-kasus yang santer di kaman online menunjukkan bahwa pelaku sepertinya pada masa lalu adalah korban. Dan balas dendam mereka terkabul, kadang tak menyesal walau penjara jadi tempat terakhir mereka.