Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keributan dalam Kelas padahal Gurunya Ada, Mengapa?

15 Februari 2020   13:11 Diperbarui: 15 Februari 2020   22:50 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RofaYuliaAzhar.com RofaYuliaAzhar.com: Model Pembelajaran Cooperative Learning

Aku koq sebel banget ya sama ibu guru itu! Mosok bocah belajar ribut begitu. Memangnya diajarin apa sih?

Adakah di antara anda yang punya anak kecil. Usia  TK, dan kleas rendah SD? Setiap pagi haris di antar ke sekolah. Kemudian ditunggu hingga pulang. Sambil menunggu di teras, di ujung-ujung kelas ngerumpi dengan ibu-ibu lainnya.

Kelas isinya hanya ribut-ribut, padahal ibu/bapak gurunya berada di dalam kelas. Apa sih yang sedang terjadi? Guru tak mampu menyuruh peserta didiknya diam, melipat tangan dan mendengarkan cerita dan ceramah guru. Dari luar kelas hanya suara guru yang terdengar. Kemudian orang tua yang menunggu di luar kelas ikut hapal pelajaran yang diberikan guru.

Mohon maaf ibu, pembelajaran yang begitu adalah model pembelajaran zaman bahari. Guru jadi sentra fokus peserta didik. Guru adalah artis yang setiap kalimatnya dicermati dan dicatat rapi. Dikte sepanjang rel kereta api. Jelas suasana kelas sepi. Mata dan telinganya terpasang pada tempatnya. Tangannya asyik mencatat. Kalau tidak pasti akan tertinggal catatannya.

Model pembelajaran zaman now sudah berubah. Guru hanyalah fasilotator. Guru bertindak sebagai pembimbing pada PBM. Tugasnya hanya mengarahkan dan memfasilitasi kegiatan belajar yang belum dimengerti.

Peserta didik berperan aktif dalam interaksi dengan peserta didik lainnya. Jadi jangan heran ketika kelas menjadi riuh. Kelompok belajar yang terdiri dari 5 - 6 orang membuka peluang kepada mereka untuk saling berkomunikasi. Kalau dalam kelas berjumlah 32 orang. Maka akan ada 5 - 6 kelompok yang akan berdiskusi

Namanya juga anak, kadang sambil diskusi ngotot-ngototan membahas materi pelajaran, mereka masih sempat bersenandung. Masih sempat bercanda sambil mengganggu temanya. Saling balas dan saling berteriak menegur temannya untuk diam.

Keriuhan-keriuhan semacam inilah yang tak pernah terjadi pada model pembelajaran langsung.  Interaksi satu arah dari guru ke peserta didik membuat pembelajaran menjadi monoton. Dan kebosanan serta ngantuk yang terjadi pada peserta didik. Apakah model pembelajaran begini berhasil?

Kalau disebutkan bahwa pembelajaran langsung, berarti tak akan ada pejabat dan orang-orang besar sekarang gang cerdas dan pandai. Padahal mereka hidup pada zaman pembelajaran langsung. Berdiri di depan kelas ketika tak mengerjakan PR. Menghormat di tiang bendera beberapa jam pelajaran ketika membuat keributan di dalam kelas. Buktinya sekarang banyak yang berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun