Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Bebaskah Guru Memberikan PR Kepada Siswa?

9 Februari 2020   20:45 Diperbarui: 13 Februari 2020   14:25 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WowKeren.com Konsep 'Merdeka Belajar' Nadiem Banyak Diprotes, Kemendikbud Beri ...

Halo guru se Indonesia, masihkah memberikan PR kepada siswanya?

Sejak Juli 2018, Menteri meminta guru tak lagi memberikan PR di rumah, masihkah guru memberikan PR di Rumah? Muhadjir ketika itu menginstruksikan agar guru tidak lagi membebani siswa dengan PR yang terkait mata pelajaran. PR siswa itu misalnya membantu orang tua, disuruh menjenguk temannya, atau hal-hal lain yang bisa membentuk karakter siswa menjadi lebih baik. (Republika.co.id, 20 Juli 2018)

Konsep belajar tuntas ketika itu mengharuskan agar pembelajaran selesai ketika guru meninggalkan ruang kelas. Tak ada siswa yang mendapat tugas mengerjakan PR yang diberikan oleh guru.

Sekarang tahun 2020, dalam konsep belajar bebas apakah guru bebas memberikan PR kepada siswa lagi atau tidak?

Bagaimana praktiknya di sekolah. Beberapa guru ternyata enggan meninggalkan kebiasaan untuk tidak memberikan PR agar dikerjakan di rumah. Wah, saya pikir hebat nih guru. Berani membangkang instruksi menteri.

Padahal ketika itu, jelas-jelas dalam rapat koordinasi kepsek dengan guru instruksinya juga jelas. Bapak/ibu guru tidak lagi dijinkan untuk memberikan PR kepada siswa dalam bentuk apa pun. Nyatanya ada saja guru yang diam-diam masih memberikan PR kepada siswa.

Apa sih alasan guru yang ngotot ini? Mau membuat siswa stress atau apa? Ternyata setelah ditanyakan mengapa guru masih gigih memberikan PR kepada siswa memang karena menurut guru tersebut kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran sungguh memprihatinkan.

Maunya guru, ketika sebuah materi pelajaran telah selesai kegiatan pembelajarannya, siswa memahami dan mengingatnya. Namun, sering yang membuat guru prihatin adalah ketika sebuah pelajaran berlalu dan ditanyakan kembali esok harinya kadang hanya sebagian kecil yang ingat atau memahaminya. Padahal ketika kemarin proses belajar mengajar berlangsung hampir semua bisa dan paham pelajaran tersebut.

Termasuk saya yang mengajar matematika, kadang mau menangis saja sepertinya. Seperti tidak mungkin anak SMP diminta mengalikan bilangan kurang dari sepuluh banyak yang tidak bisa. Jangankan hapal. Bisa saja tidak. Padahal materi pelajaran SMP bukan lagi tentang mengalikan bilangan satu hingga selupuh. Melainkan menggunakan perkalian itu untuk proses belajar matematika selannutnya.

Walau pun beban belajar siswa durasinya sudsh ditambah, yang mulanya 4 jam pelajaran perminggu menjadi 5 jam perminggu namun jumlah materi yang dipelajari juga bertambah. Dalam silabus matematika yang ada sepertinya materinya diturunkan ke kelas sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun