Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hidup Mati?

31 Juli 2019   13:57 Diperbarui: 1 Agustus 2019   00:52 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup Mati?

Kita adalah penyakit bersarang di dada
Yang hembuskan aroma tekor di mana-mana
Dalam rapat kerja, dalam acara makan siang

Semua harus dibereskan! Suaranya lantang
Terdengar dari kehaujan
Gemetar tangan ini, kuping lebar tak sanggup aku tutupi

Ketika rintih kesakitan, minta segera dimatikan
Ketika pasrah menahan dalam erangan
Air mata derita telah kering tak ada sisa

Ketika tengah malam tangan ditengadahkan
Memohon agar malaikal maut segera datang
Ketika tetangga dan saudara-saudaranya
Lupa rasa sakit yang ia derita

Tangannya menggenggam erat
Hanya secarik kertas lusuh tanpa plakat
Dalam tulisan, "Tolong kami dirawat."

Adu argumentasi tentang rugi
Kenaikan iuran, harga mati
Basi laba terpendam lupa

Kini kertas lusuh tak berlaku lagi
Digenggamnya erat-erat dengan kekuatan ia tahan sekarat, lalu ia tulis surat, "Terimakasih, jika tetap rugi karena kami. Tolong aku segera disuntik mati."

Puisi kepada BPJS, semoga kian berbenah. Aamin

Tanah Bumbu, 31 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun