Mohon tunggu...
Ronny Dee
Ronny Dee Mohon Tunggu... Full Time Blogger - I'm a teacher, a father and a husband. I love Indonesia

I'm a teacher, a father and a husband. I love Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malaysia Akui Jempol Netizen Kita, Eits Literasi Digital Kita Masih Jadi PR Bersama

20 November 2022   23:09 Diperbarui: 20 November 2022   23:12 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang netizen negeri jiran ikut mengapresiasi dahsyatnya jempol netizen Indonesia. Sakti dan bisa membuat geleng-geleng kepala para netizen negara lain.  Memakai perumpamaan yang mengena, ibaratnya sampai ke lubang cacing pun bakal dicari. Begitulah komentar netizen Malaysia perihal kehebatan jempol netizen Indonesia yang sudah mendunia. Bahkan seorang netizen dan youtuber yang komentar miring soal batik pas momen G20 ikut merasakan getirnya menyenggol budaya Indonesia.  Tapi literasi digital di negeri ini masih banyak PR. Bukan hanya tugas Kemendikbursitek, Kominfo tapi semua pihak karena dinamika di medsos sangat tinggi.

Mahyar Tousi, seorang influencer asal Inggris sudha marasakannya. Orang ini memang jempol eh postingannya juga memang "cari mati". Bewrmula dari cuitan dengan nada merendahkan pakaian batik dan kain endek yang dikenakan para pemimpin dunia di gelaran KTT G20 yang digelar di Bali, Indonesia.

"What on earth are these idiots wearing?! (Apa yang dikenakan para idiot ini?)" tulis Mahyar di akun Twitternya @MahyarTousi, Kamis (17/11/2022). Cuitannya langsung membuat warga Indonesia murka. Akun media sosial Mahyar Tousi  langsung diserbu netizen Indonesia. 

Ya begitulah, di satu sisi bangga ada hal positif dalam hal membela dan memperjuangkan budaya bangsa di ranah internasional. Ketika kepentingan nasional diusik maka netizen Indonesia menjadi kompak bak 'air bah' langsung membanjir akun sosmed yang coba iseng-iseng meremehkan kepentingan atau budaya bangsa kita. 

Tapi tunggu dulu, kerapkali netizen juga abai dengan etika digital. Kompak sih kompak tapi akhirnya melakukan 'doxing' atau menguliti identitas seseorang padahal ada aturan yang tak membolehkan mengekspos data diri seseorang. Lalu perundungan secara verbal meninggalkan jejak digital yang membuat trauma.

Respon yang gaspol dari warganet Indonesia yang penuh emosi sampai menjadi sorotan internasional. Entah latah atau ikutan, langsung membombardir akun sasaran dengan cara negatif, penuh  cercaan dan hinaan. Jadinya medsos itu malah menjadi tempat yang horor karena orang menjadi trauma, takut postingan atau akunnya disalahpahami dan diserbu serta diekspos tanpa ampun.

Ini adalah ekspresi rendahnya etika dalam bermedia sosial. Ulah netizen ini ibaratnya berubah menjadi "nastyzen" -- diambil dari kata dalam bahasa Inggris "nasty" -- yang artinya 'nakal'.  Sampai-sampai di Tiktok ada lagu viral welcome to Indonesia, welcome to Nastyzen. 

Miris bukan? Padahal kalau pola dan respon menjadi positif maka media sosial kita akan menjadi tempat yang menyejukkan dan bersahabat. Sayang, ada saja netizen yang suka berulah, nakal bahkan cenderung barbar karena reaksinya yang terbilang galak.

So, literasi digital itu menjadi agenda yang tak henti-hentinya untuk diperjuangkan dari dalam keluarga, dalam pendidikan dan dalam masyarakat. Interaksi medsos yang tinggi makin membuat peluang untuk meningkatkan kecerdasan digital itu meningkat. Sayangnya karena keasyikan dan terbawa emosi jadi lupa diri dan lupa untuk mengontrol jempol terutama hatinya.

Jagat maya penuh dengan peluang untuk memberikan jejak-jejak positif, inspiratif dan motivasional. Dengan melihat nilai-nilai Pancasila serta memandang sesama kita sebagai sebangsa dan se-tanah air seharusnya membuat netizen bisa menahan diri dan bersikap bijak.

Memang tidak mudah tapi jangan lelah wahai para pendidik untuk terus mencerdaskan bangsa melalui literasi digital. Para pendidik memiliki tugas untuk menjadi teladan dan mengondisikan nara didiknya untuk mempraktekkan etika yang baik dalam bermedsos ria. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun