Mohon tunggu...
Roni Hartono Putra
Roni Hartono Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Jember

Memberikan Informasi Sebaik-baiknya. Tidak menguntungkan segelintir Pihak tapi semua Pihak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Sejarah tentang Galileo dan Otoritas Gereja

25 Oktober 2021   10:02 Diperbarui: 25 Oktober 2021   10:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selama ratusan tahun Gereja adalah pelembagaan otoritas. College of Cardinalsnya akan memutuskan apa yang kita anggap sebagai pengetahuan sejati. Tradisi inilah yang dihadapi Galileo (1564-1642). 

Galileo percaya bahwa kebenaran pengetahuan seseorang tidak dapat diputuskan dengan pemungutan suara oleh sekelompok individu bahkan sekelompok kardinal. 

Sebaliknya, kebenaran pengetahuan seseorang harus ditentukan oleh dunia nyata. Galileo dikatakan telah naik ke puncak Menara Pisa untuk menunjukkan kebenaran pengetahuannya tentang tubuh yang jatuh. Ini sangat menantang bagi 'penguasa' dan dengan demikian Galileo tidak terlalu populer di kalangan mereka. 

Seperti diketahui, Galileo mengalami kesulitan dengan 'otoritas' Gereja karena dia mengajar murid-muridnya tentang teori benda-benda langit yang ditulis oleh Copernicus (1473-1543). 

Masalah Galileo adalah bahwa pihak berwenang telah memberikan persetujuan mereka pada teori pesaing Ptolemy ( AD 100-170). Seperti cerita sederhana biasanya, teori Ptolemeus yang disetujui adalah bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan semua planet dan bintang berputar mengelilingi bumi. Dalam bentuk yang lebih rumit, teori Ptolemeus mengizinkan episiklus (jalur sebuah titik pada lingkaran yang bergulir) menggantikan lingkaran sempurna. 

Galileo memilih untuk membahas teori Copernicus yang menempatkan matahari daripada bumi sebagai pusat rotasi. Teori Copernicus merupakan tantangan langsung terhadap teori Ptolemeus resmi. Untuk mempertahankan otoritas Gereja, Galileo disuruh berhenti mengajar murid-muridnya tentang Copernicus. Tapi Galileo menjawab iturakyat tidak dapat mendikte jawaban mana yang benar, juga kebenaran pengetahuan seseorang bukanlah masalah pendapat yang berwenang. Kebenaran pengetahuan seseorang adalah masalah hubungan objektifnya dengan 'dunia nyata'. Jika Anda merasa tahu sesuatu tentang tubuh yang jatuh, Anda dapat mendaki bersama Galileo ke puncak menara dan menguji pengetahuan Anda.

Tetapi otoritas Gereja menjawab, demikian cerita saya, bahwa Galileo sama sekali tidak memiliki otoritas untuk menantang otoritas atau bahkan otoritarianisme. Selanjutnya, Gerejatelah melakukan memiliki otoritas dan kekuatan luar biasa untuk mencegah Galileo menantangnya. Dengan menunjukkan kekuatan besar mereka, Galileo terpaksa menyerah. Dia dibuang ke Italia selatan dan tidak lagi mengajar murid-muridnya tentang pandangan Copernicus.

Dari cerita Galileo dan Otoritas Gereja kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Kebenaran Sejati memang tidak ada, yang ada adalah sesuatu yang hampir mendekati kebenaran yang dibuktikan oleh metode berpikir.

Sumber : Boland, L. [1989] Metodologi Pembangunan Model Ekonomi: Metodologi setelah Samuelson (London: Routledge)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun