Mohon tunggu...
c4punk
c4punk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tulislah dengan hati yang ikhlas

Hobby Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Pemerintah Tak Menghalangi untuk Pulang Kampung

7 April 2020   11:28 Diperbarui: 7 April 2020   11:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari berganti hari tagar #Dirumah aja menggema, sampai-sampai buat yang mencari uang jadi meriang bukan karena corona tapi karena tak punya uang.

Uang memang bukan segalanya tapi uang bisa membeli segalanya terlebih buat mereka pekerja harian yang hanya menumpang cari makan untuk hidup di kota, pilihan logisnya ya pulang kampung.

Kenapa harus pulang? Kok ga diem di rumah saja? Kok pada bandel sih? Sudah ada himbauan dari kepolisian loh!

Jangan melihat kehidupan manusia pada satu sisi bung, lihat juga sisi lainnya. Bayangkan kalau diri anda seperti mereka, itulah yang dinamakan empati.

Seorang supir taxi atau ojek online, bahkan ada juga beberapa karyawan yang dirumahkan tanpa gaji. Mereka di Jakarta hanya kost atau ngontrak, untuk beban hidup mereka di kota biayanya cukup tinggi. Segelas kopi saja sudah membuat kantongnya menderita, apalagi di tambah dengan rokok, makanan padang, air minum galonan dan ditambah bayar kontrakan atau kost tanpa ada pemasukkan bukannya sehat bisa sakit jantung nantinya.

Loh kan listrik gratis? Iya kalau lagi beruntung, banyak sekarang rumah kontrakan atau kost listriknya tanpa subsidi jadi dimana gratisnya? Yang gratis itu yang di subsidi bung!

Hal ini tentu akan bikin stress, yang paling fatal imun juga menurun lalu corona datang, bukannya takut ia pun senang dapat makan gratis ditanggung pemerintah di rumah sakit. Lebih parahnya iapun akan mati dan tutup buku dengan cerita dunia dengan senyuman "untuk apa hidup kalau untuk di paksa mati", bayangkan kalau hidup sehat di tengah wabah, kalau ga kuat  ya gila! Bukan satu atau dua orang yang seperti itu tetapi banyak.

Tapi terkadang orang tak mampu ini imun tubuhnya baik,  jadi sehat-sehat saja semakin lama semakin menipis tabungan cara satu-satunya untuk bertahan hidup ya pulang kampung.

Untuk itu tak ada larangan pulang kampung, transportasi tak di tutup. Bahkan kegiatan harian tak di lockdown kenapa? Mau mati kelaparan nanti? Mau rusuh? Mau revolusi? Banyak pertanyaan dan pemerintah tahu akan hal itu, makanya kebijakan setengah-setengah melihat situasi di negara lain lockdown berakhir ricuh.

Toh dari pada pulang kehadap Tuhan karena kelaparan, lebih baik melanjutkan hidup di kampung dengan menjadi petani, peternak atau penambak dan pelaut masih ada rezeki yang di olah dari alam. Kembali ke alam memang solusi jitu, sedangkan di kota alam sudah tak bersahabat.

Rumah yang rapat, udara yang sesak hingga rasanya macam kandang burung merpati saja di kota besar. Jangan lihat di area Pondok Indah, Jangan lihat di Perumahan elite Apartemen mewah!  Tapi lihatlah di sudut-sudut gang sempit, mereka di rumah aja tetap saja akan berkerumun dengan tetangga. Mau di dalam rumah? Ya tidak bisa!  Apalagi di pidana juga tak memungkinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun