Mohon tunggu...
Ronggo Wijaya
Ronggo Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Diam bukan pilihan

Diam bukan pilihan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lebih Pedas Mana, Mulut Fans Layarkaca atau Pendukung Capres Indonesia?

29 September 2022   17:31 Diperbarui: 29 September 2022   18:05 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau kamu pengen tahu artinya Jasmerah, ngobrollah dengan fans eMyU. Kamu akan paham bagaimana bentuknya membanggakan sejarah. Kalau memang emosi diperlukan, gunakan saja. Gak perlu ragu. Ngotot sambil gebrak-gebrak meja juga gak masalah. Bebas. Tapi jangan berharap banyak kalau ngobrol dengan fans Barca. Mereka masih labil. Masih gak enak untuk mengungkap banyak hal setelah kepergian mega bintang. Lewandowski juga belum bisa jadi pelipur lara mereka. Apalagi jika diajak ngobrol soal hutang klbu. Wah, bisa gak doyan makan siang malam mereka.

Sifat fans bola itu memang sangat beragam. Belum lagi kita bicara soal fans layarkaca. Timnya disenggol sedikit saja, sudah mencak-mencak. Tak peduli apapun tim yang didukung. Kesamaannya hampir merata. Nah, siapakah fans layarkaca itu? Ya kita-kita ini yang cuma bisa nonton televisi untuk menikmati pertandingan sepakbola. Wah. Galaknya melebihi sapi beranak. Persis dengan pendukung-pendukung tokoh yang saat ini diisukan bakal jadi calon presiden. Hahaha.

eh, tapi kok tiba-tiba belok tanpa riting jadi ngobrolin capres ya? Hehehe gak apa-apalah. Sudah terlanjur. Anggap saja ini obrolan atau curhatan teman. Lagi pula kita ini kan sukanya ngrasani orang to. Kita sudah capek kalau harus ikut-ikutan gontok-gontokan, adu argumen bahkan sampai marah-marah seperti mereka. Padahal yang diadu apa, juga gak jelas. Kalau mau nyari keburukan, siapa coba yang gak punya keburukan. Dan kalau yang diunggul-unggulkan adalah kebaikan, memangnya cuma idola dia orang baik di negeri ini? Ya enggak lah. Lebih wagunya lagi, saat ini kan pilpres belum mulai. Tokoh-tokoh yang mereka andalkan juga belum tentu ikut kontestasi, lha kok mereka yang bukan siapa-siapa sudah ribut sana-sini. Sudah berbusa-busa mulutnya melebihi ahli dan pengamat. Kita ini sama bro. Sama-sama butiran debu yang nempel di sepatu dan bisa disikat sewaktu-waktu.

Kurang norak apa coba gaya curi start kampanye pendukung Anies? Nyebar tabloid kebaikan Anies di masjid. WTF. Di masjid loh! Kok ya hari gini masih ada yang kampanye di masjid. Padahal Pilpres belum dimulai lho. Kayak apa coba kalau dia jadi ikut Pilpres? Jangan-jangan pendukung-pendukungnya itu bakal memanfaatkan mimbar-mimbar khotbah untuk kampanye. Persis apa yang terjadi di Pilkada DKI, Pilpres 2014 dan pilpres 2019.

Selain timnya Anies, coba deh lihat jurus-jurus wagu tim sukses Puan Maharani. Ada teh botol sosro lah, kepak sayap lah, matiin mic lah dan sekarang ada lagi dewan kolonel. Apa coba arti strategi itu semua? Hei, ini era digital bro. Pemilih milenialnya saja 54 persen. Kok masih pakai cara kampanye awal abad 19 an. Sudah strateginya wagu, timnya itu galaknya melebihi fans eMyU.

Tidak kalah galak dengan timnya Anies dan Puan, tim suksesnya Prabowo ini garangnya melebihi garangan. Apa mereka menganggap cara-cara militerian masih relevan? Ini bukan orde baru, bung! Gak perlulah memaksa-maksa apalagi mengancam-ancam. Semua orang tahu kok kalau Pak Prabowo itu galak, temperament dan suka marah-marah. Gak usah ditambah dengan tim sukses yang suka marah-marah pula dong. Bukannya kami takut, kami cuma malu saja didekati dengan cara seperti itu. Kasihan Pak Prabowo. Berjuang dari tahun 2009 dalam Pilpres tapi tak sekalipun jadi pemenang. Sekalinya jadi pemenang, eh malah nyasar jadi Menteri Pertahanan. Hahaha.

Nah untuk timnya Ganjar, tenang dulu. Kalau memang Ganjar layak jadi Presiden, bebih baik, pastiin dulu deh, bener gak itu Golkar, PAN dan PPP bakal mengusungnya. Kalau sudah pasti silakan gerak sekenceng-kencengnya. Jangan kayak fans eMyU, teriak-teriak melulu tapi menangnya kapan dia sendiri gak pernah tahu. Hahahaha. Begitu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun