Mohon tunggu...
Ronggo Wijaya
Ronggo Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Diam bukan pilihan

Diam bukan pilihan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jet Pribadi Mbak Puan dan Kisah Penari Klab Malam

23 September 2022   11:15 Diperbarui: 23 September 2022   11:52 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto pikiran rakyat

Aku ingin bercerita soal impian; sebuah ungkapan yang terasa usang dan kadang bikin risih telinga saat diucapkan. Namun kenyataannya, mimpi, atau apapun anda menyebutnya, memang selalu indah untuk dibayangkan.

Salah satu impian yang akan kuceritakan kali ini datang dari perempuan bernama Andini, seorang penari klab malam di Jakarta. Ia punya angan-angan bisa memiliki kehidupan seindah hidup Puan Maharani.

Aku sama sekali tidak terkejut saat pertama mendengarnya. Sebab Puan memang bukan wanita biasa. Hidupnya memang enak, ia memiliki apa yang kebanyakan tidak dipunyai wanita lain. Julukannya saja Tuan Putri.

Aku dan Andini dulu pernah dekat sewaktu kuliah, tapi lantas berpisah setelah dia memilih meninggalkan kampus. Kemarin ia tiba-tiba menghubungiku dan mengajak bertemu di salah satu kafe di Duren Sawit. Ia menelpon begitu tahu aku sedang berada di Jakarta.

"Kau tahu pekerjaanku menghibur orang tapi aku sendiri sebetulnya kurang hiburan, betul-betul jenis kehidupan yang membosankan," katanya.

"Bukankah hidup manusia memang nggak ada yang ideal?"

"Kata siapa? Kau tahu Puan Maharani, bukan? Ia adalah gambaran wanita paling bahagia di muka bumi ini."

Aku tersenyum, lalu mencecap kopi milikku. Sewaktu kuliah, Andini dan aku memang dipertemukan di salah satu organisasi mahasiswa. Kami juga pernah ikut demo. Namun kemudian ia memilih meninggalkan bangku kuliah karena harus bekerja.

Meski sekarang ia banyak menghabiskan waktunya di klab malam, hasratnya mengikuti politik rupanya tidak pernah redup.

"Siapa coba wanita yang tidak kepingin seperti Puan? Kariernya cemerlang, pernah jadi menteri, ia juga pasti bakal mewarisi partai dari mamahnya, dan yang lebih mengagumkan sekarang kemana-mana ia pakai jet pribadi," katanya.

"Kebanyakan orang sudah pasti tahu Puan," aku menanggapi. "Tapi tadi kamu bilang kemana-mana ia pakai jet pribadi?"

"Iya dong, masa naik motor."

"Maksudku, kenapa nggak pakai pesawat komersil saja, pemerintah kan juga punya banyak."

"Itu artinya Puan lebih berkelas. Privat jet kabinnya jelas lebih nyaman, dan yang pasti mewah dong. Itulah kenapa aku kagum dengan Puan. Ia bukan politisi biasa."

Demi meyakinkan aku, Andini tiba-tiba memperlihatkan vidio di youtube ketika Puan turun dari jet di Kota Semarang. Tak hanya itu, dalam satu kesempatan dalam kunjungannya ke Madano, Puan juga tampak menggunakan pesawat jet. Rupanya Andini tidak keliru, Puan memang punya gaya.

Pesawat jet memang tidak masuk dalam daftar fasilitas pribadi Ketua DPR RI. Bukan seperti rumah dinas atau mobil, apalagi pulsa. Tapi orang sekelas Puan Maharani tentu mudah mendapatkannya.

"Pasti enak banget ya naik jet dan dikawal banyak orang," Andini berujar.

Sudah pasti dong, aku menjawab. Yang bisa naik jet jelas bukan orang biasa, wong harga sewanya saja mahal banget. Aku pernah baca-baca artikel, ada yang harga sewanya perjam sampai Rp. 120 juta untuk jenis Boeing Business Jet.

Sri Mulyani menteri yang mengatur keuangan di negeri ini saja kupikir bukan apa-apanya. Ia masih kalah dengan Puan. Buktinya kemana-mana kulihat ia masih menggunakan pesawat komersil. Bahkan saat mudik ke Semarang pada lebaran kemarin, wanita yang pernah menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia itu terlihat pakai kereta bersama warga yang lain.

Mungkin benar kata Andini, Puan memang bukan politisi biasa. Ia lahir juga sebagai cucunya proklamator. Ibunya ketua partai terbesar di negeri ini. Ia pun kemudian diberi jabatan ketua DPP, bukan posisi yang remeh temeh. Pada Pileg kemarin dia dapat suara terbanyak. Pastinya Puan juga ngga perlu harus susah payah untuk mendapatkan dukungan banyak.

"Benar-benar kehidupan yang indah bukan?" ujar Andini.

Aku mengangguk. Semenjak saat itu, setiap kali aku melihat Puan Maharani di media, aku selalu teringat Andini. Aku berjanji jika suatu hari punya kesempatan ketemu Puan, aku bakal menyampaikan harapan Andini yang kepeingin naik jet bareng Mbak Puan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun