Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saturday Morning #62 - "Mendadak Vaksin?"

31 Juli 2021   11:00 Diperbarui: 31 Juli 2021   20:55 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vaksinasi di Ayani Megamall Pontianak dok: kumparan.com
Vaksinasi di Ayani Megamall Pontianak dok: kumparan.com

Saking kesalnya saya sampaikan, "Ce, sekarnag orang dimana-mana cari vaksin, kalau kau mau mesti cepat o, karena tak mungkin sepi pasti ramai terus". Ujar saya. Lalu akhirnya saya ketemu vaksinasi dekat rumahnya saya kirimkan dan akhirnya ia pergi vaksin disana. Lalu tak lama sesudah PPKM Darurat diberlakukan, ia sakit batuk pilek, kemudian ia meminta ijin beristirahat dan kemudian sampai beberapa hari tidak masuk.

Teman saya yang lain, mengirim pesan kepadanya, "Ce, gimana keadaan?", Ia hanya menjawab masih batuk dan pilek serte lemas. Lalu ditanya lagi, sudah cek Swab untuk memastikan?. Lagi-lagi ia mengatakan belum dan enggan untuk mengecek. Disitu emosi saya rasanya sangat memuncak. Kenapa tidak dites dulu, kalau memang benar covid, kan bisa pencegahan lebih dini kepada orang-orang rumah.

Tidak lama kemudian, beberapa hari setelahnya ia mengabari kami, Ia sudah tes dan hasilnya positif Covid-19. Tapi secara umum kondisinya baik, hanya ayahnya saja yang cukup lumayan parah, saturasi oksigennya rendah, tapi menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Takut dicovidkan katanya, Hmmmm.

Saya makin kesini makin menyadari kultur keluarga ternyata sangat berpengaruh pada pola pikir anggota keluarga yang lain. Belakangan diketahui, bahwa sang ayah tak mau divaksin karena takut nanti efek sehabis vaksin, sakit dan kemudian bisa menyebabkan meninggal. Setidaknya itu yang ia sampaikan kepada anaknya seteleh mendengar cerita teman-temannya generasi tua yang sudah divaksin. 

Hal ini tentu membuat miris, artinya memang pelru usaha lebih ekstra lagi dari pemerintah untuk mengedukasi soal ini. Belum lagi sekarang di media sosial lebih banyak hoaxnya ketimbang yang valid. Maka bukan maksud asya untuk mempromosikan, saya sekarang menyarankan mama saya kalau mau baca soal covid, baca postingan nya Dr. Adam Prabata saja. Lebih sejuk dan juga lebih didasarkan atas riset ilmiah saja. Walaupun ada juga dokter lain yang membahas ini. Iya ini kan hanya soal kepercayaan saja.

Vaksinasi di Pasar Tengah Pontianak Dokumen: Kumparan.com
Vaksinasi di Pasar Tengah Pontianak Dokumen: Kumparan.com

Mengutip tulisan mas ulik beberapa hari yang lalu, beliau menyebutkan "Cara satu-satunya untuk meninggalkan pandemi ini adalah dengan mempercepat vaksinasi". "Belajar dari negara-negara itu, memang tidak akan ada jalan lain menuju akhir pandemi ini. Saat ini hanya vaksinasi secepat mungkin, sebanyak mungkin. Karena pada dasarnya, "pandemi"-nya sudah berubah."

Sumber :radio sonora bali
Sumber :radio sonora bali

Sebagai penutup tulisan ini, rasa-rasanya bagi pemerintah kita perlu untuk punya roadmap yang jelas penyelesaian pandemi di Indonesia ini. Kita sekarang ini rasa-rasanya bingung, terlalu banyak istilah, sebentar-sebentar diganti kebijakannya tergantung angin di media sosial seperti apa. Yang jelas apapun itu intinya adalah percepat vaksinasi, kita sekarang seolah-olah sedang bertarung di lintasan balapan, antara vaksinasi dan penyebaran virus. Tentu perlu usaha ekstra untuk melawan ini, utamanya melawan pemahaman yang salah di masyarakat.

*)Ronald Anthony

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun