Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saturday Morning #60 - "Tribute to..."

17 Juli 2021   11:15 Diperbarui: 24 Juli 2021   09:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap pagi sekarang rasanya harus siap-siap diri, kalau tidak terkejut dengan kabar baik ataupun kabar buruk. Beberapa hari terakhir, tiap bangun pagi, ada saja kabar yang mengejutkan hati. Mungkin memang betul kata media sosial sekarang, masa sekarang banyak sekali kabar-kabar duka disana dan sini. "This shall to pass", kondisi yang sedang tidak baik-baik saja buat kita semua.

Saya sebenarnya tidak ingin sering menulis seperti ini. Tribut untuk seseorang yang baru saja pergi. Bukan berarti ingin mendoakan yang jelek-jelek. Tapi ada begitu banyak isi hati yang berkecamuk, harus saya luapkan lewat tulisan-tulisan seperti ini. 

Seminggu ini ada 2 orang yang saya kenal baik harus pergi meninggalkan kehidupan ini, agak terkejut memang, yang pertama adalah Prof. Tanto, seorang dosen UGM yang saya kenal baik dan mulai akrab ketika sedang Rakernas BKS Mkn di Pontianak. Pembawaanya kalem, rendah hati, serta selalu menyapa dengan ramah. Bahkan, kami pun sempat beberapa kali berdiskusi hangat, bahkan pada saat ke Pontianak saja pernah kami ngopi pagi sambil berbincang hangat. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Prof. Tanto meninggal dunia  hari rabu yang lalu, dikabarkan karena serangan jantung, tentu sebuah kabar yang cukup melegakan setidaknya di tengah kabar duka akhir-akhir ini meninggal karena covid. Segenap civitas akademika kenotariatan yang pernah bersinggungan atau tidak dengan beliau pasti akan terkejut mendengar kabar soal ini. Dan semua story hari itu, teman-teman saya yang berkuliah di UGM, semua rata-rata menuliskan kebaikan, perhatian, serta jasa-jasa beliau dalam hidup mereka. 

Masa sekarang rasanya, solusi baik dalam mengucapkan rasa duka memang lebih bijak dengan ucapan via story, bukan karena tidak mau hadir atau menghormati keluarga yang berduka, lebih karena kondisi tidak memungkinkan, untuk pergi melayat atau takziah secara langsung. Yang tentu untuk kebaikan bersama, baik bagi keluarga yang berduka maupun bagi para pelayat.

Itu diatas cerita dari kalangan akademisi, minggu ini juga hari selasa, 13 Juli 2021, ayah sahabat kami Olivia Aurillia harus berpulang karena terpapar covid-19, yang ini lebih saya lebih shock lagi, di hari senin dan di hari jumatnya saya masih bertemu dengan Cek-cek Hamdi(cek-cek=sebutan paman pada orang tionghoa). Tapi itu hari jumat hanya sebentar, sahabat kami Olivia sudah mewanti-wanti saya pagi hari sebelum kesana via DM Instagram, bunyinya kurang lebih seperti begini "Ko nanti kw kalau ke rumah. antar barang donasi langsung pergi jak ya, soalnya aku ada bad feeling ni, ada orang rumah yang sakit". Ujarnya. 

Saya dan Olivia, memang kami berada pada satu organisasi yang sama, "Untuk Sahabat". Sebuah organisasi yag didirikan bersama tujuh teman yang lain untuk menginisiasi bantuan-bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kebetulan hari jumat adalah waktu pengantaran barang donasi dari para donatur, saya masih ada hutang pengantaran yang belum sempat saya antar sore hari kemarin karena banyak penutupan jalan akibat PPKM darurat yang diberlakukan di Kota Pontianak ini.

Saya pun menurut saja, sehabis mengantar barang, saya langsung pergi ke kantor, seperti biasa. Hal ini karena, senin yang lalu kami sudah banyak berbincang di tokonya, soal corona, dan vaksin lagi, Kalau ke rumah teman, saya pasti sering terlebih dahulu berbincang dengan keluarganya sebelum keluar atau bertemu dengan teman-teman saya, termasuk kalau pas mampir ke rumah Oliv, pasti acek dan aie saya ajak untuk berbincang.

Dalam perbincangan sekitar 30 menit itu, Cek Hamdi dan Aie Yenny mengutarakan keluhannya bahwa acek tidak bisa divaksin karena darahnya yang tinggi, saya pun mengutarakan hal yang sama, karena beberapa waktu yang lalu saya sempat tidak bisa divaksin karena darah saya yang tinggi. Dan dengan ala-alanya saya kasih tips supaya tidak panik pada saat vaksin yang akhirnya menyebabkan darah menjadi tinggi.

Bahkan, kami pun masih berbincang dengan tertawa lepas dan masih pula saya sampaikan bahwa kalau acek mau vaksin jangan jauh-jauh di setiap puskemas sudah bisa, saya bahkan menyarankan untuk mencoba di Puskesmas Kampung Bali saja, karena dekat dan jaraknya hanya sepelemparan batu saja dari rumah kediaman mereka. Acek Hamdi dan Aie Yenny mengangguk dan mengatakan bahwa malam ini mereka mau istirahat awal, supaya besok mau ke puskesmas untuk dapat divaksin. 

Saya tak menyangka, itu adalah perbincangan terakhir saya dengan acek hamdi, bahkan di sela-sela saya sebelum pulang, masih diutarakan bahwa ia ingin agar si Oliv, sahabat kami ini untuk pindah kerja, karena pekerjaan yang sekarang gajinya tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan. Barangkali ada pekerjaan yang baik dengan gaji yang tinggi, saya pun mengamini apa yang beliau sampaikan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun