Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #59 - "Waiting List" Kesehatan Menjaga Kita

10 Juli 2021   12:35 Diperbarui: 10 Juli 2021   12:37 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Minggu lalu, di tengah padatnya agenda dan PPKM Mikro di Pontianak, saya masih menyempatkan diri menghadiri sidang teman saya di kampus Pasca Sarjana. 

Sebenarnya khawatir untuk kesana, karena Pontianak sedang merah-merahnya dan angka penyebaran covid sudah sangat sangat mengkhawatirkan. 

Tapi apa daya, saya telah terlanjur berjanji dari 3 minggu yang lalu akan hadir ke sidangnya. Apalagi dari genk kami, ia termasuk penutup, sehingga menurut saya ya sudahlah, ikhtiar saja dengan 5M, mudah-mudahan tidak tertular.

Sampai disana, ada beberapa teman yang sudah menunggu saya di sana, dan beberapa teman dekat lain akan segera menyusul kami di kampus pasca sarjana. Baru saja saya masuk, malah belum sempat duduk. Teman saya langsung memberondogn dengan pertanyaan-pertanyaan, Kamu sehat? Saya jawab sehat walafiat.

Melihat itu saya justru bertanya balik ke seorang teman saya itu, kamu sehat? jawabannya juga demikian sehat,  tapi kok ada yang berbeda dengan dirimu? Oh iya, kamu juga merasakan, ujar teman saya itu, teman saya ini  langsung menunjukkan kepalanya sendiri. “Lihat, rambut saya sudah hitam dan kembali menebal,” katanya cepat.

Teman saya kuliah ini memang sudah cukup berumur usianya mungkin sekitar 40an tahun, belakangan kalau saya ketemu dia, selalu saya ejek, karena rambutnya yang semakin putih dan menuju kepada kebotakan, saking jarangnya terkadang teman saya ini sampai memakai topi untuk menyamarkan kepalanya tersebut, Apalagi kalau melihatnya dari depan, kepalanya mulai kelihatan mengkilap karena rambut yang menipis. Maka kami tak jarang mengatakan "Matahari ada dua". Wkwkwkwk.

Usut punya usut, ternyata istrinya pernah juga mengatakan hal yang sama beberapa tahun kebelakang, tapi ia tak terlalu mempedulikan. Baru ketika teman-temannya seperti saya mulai menyindir, Kontraktor ini mulai bereaksi, sambil mencari solusi.

Sambil menunggu teman saya itu selesai, dia melanjutkan ceritanya, saya sekarnag konsultasi dengan seornag teman saya yang hair stylist, dan ia kemudian memberikan saya tonik dengan kadar alkohol tertentu untuk menumbuhkan rambut saya, ditambah juga dalam beberapa pekan terakhir, istri saya menggunakan minyak bab* mentah dan digosokkan di rambut saya yang botak.

Hasilnya seperti yang anda lihat, ujarnya tumbuh subur seperti rerumputan, saya ajak berguyon lagi, hati-hati itu harus disirami atau diberi pupuk terus, kalau nggak bisa layu. Wkwkwk

Tidak lama kemudian. ada pula seorang rekan lain datang. Seorang ASN. Usianya baru saja 28 tahun, sering berolahraga dan terkenal menjalani pola hidup sehat, walau menjalani pola hidup sehat, teman ASN saya ini pun langsung menyampaikan masalah kesehatan yang berbeda.

Belum sempat duduk lama, dia langsung mengomel soal matanya. “Sial bener, udah 2 hari ini waktu di tempat tidur, saya membaca di handphone kok tulisannya makin tidak kelihatan. Ketika itu barang saya jauhkan dari mata, justru malah kelihatan jelas. Mungkin sudah tua, matanya mulai plus. Yang penting asal jangan plus-plus saja, tuturnya disambut tawa yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun